Cinta Dalam Diam

Salam

Pembahasan ini mungkin lelah diungkapkan kembali, berulang-ulang dalam berbagai tulisan atau obrolan singkat. Namun mungkin itulah titik keluar biasaannya. Menurut teman di pengurus masjid dulu sih, ada 3 pembicaraan yang tiada pernah atau sulit berakhir yaitu hidup dan mati, kiamat dan urusan perempuan dan laki-laki. Aku fikir pernikahan, perasaan suka satu sama lain itu merupakan masalah perempuan dan lelaki yang jika dibicarakan tiada berakhir.

Pada tulisan kali ini, sekedar hanya ingin memperjelas saja beberapa urusan. Kali itu dimulai dengan obrolan ringan, siang hari selepas hujan. Senior yang cukup aku kenal mampir ke rumah untuk berteduh sementara. Diantara waktu-waktu itu beberapa hal kami bicarakan. Pada awalnya tentu tentang skripsi, ya karena ketika itu mahasiswa tingkat akhir memang sedang sibuk-sibuknya menyelesaikan skripsi. Lalu pembicaraan beralih pada jodoh dan pernikahan.

Obrolan singkat yang justru menarik satu kesimpulan. Bahwa seorang lelaki itu pada umunya sudah menentukan dengan siapa ia akan menikah atau 'mentag' seorang gadis untuk ia lamar. Mhm.. jadi terfikir kan olehku bahwa begitu mudahnya mereka (lelaki) menentukan pasangannya kelak, pantas saya, begitu mudah pula 'terlihat' dalam pandanganku. Sikap itu mudah sekali terlihat, baik ketika berbicara atau hanya dalam pandangan, sangat jelas terlihat, tanpa celah. Sebaliknya, pada beberapa akhwat dan ikhwan yang 'sangat terjaga' sikap ini sulit diidentifikasikan. Subhanallah sikap seperti itu, mencintai dalam diam, seperti cinta Aisyah pada Ali juga sebaliknya.

Tapi betapa sedihnya ketika fitrah itu terlihat dengan mudahnya, seolah dengan sengaja berkata bahwa ia mencintai orang tersebut. Menurutku itu sikap yang kurang bijak, mengapa? karena perasaannya yang 'terlihat; itu akan mengacaukan fokus dan keimanan si empunya rasa dan objek yang ia cintai. Hal apa yang mengacaukan iman lebih baik dijauhi karena sangat lembut sekali, mudah sekali jatuh dalam kelalaian kepada Allah.

Bukan berarti akhwat atau ikhwan yang jarang membicarakan tentang 'kekasih hati' nya tidak pernah menyukai siapapun. Mungkin jalan ini yang kupercayai dan kuterapkan sendiri. Bahwa cinta terbaik itu sebelum sah diatas akad nikah, maka harus disembunyikan rapat-rapat didasar hati. Pada dasarnya, mencintai itu lumrah dirasakan siapapun, muda tua, kaya atau miskin. Perasaan yang bebas lepas tanpa batas, tapi sangat indah dan bisa menjatuhkan ketika tidak dikelola dengan baik.

Perasaan suka yang berlebihan, pada umumnya akan muncul rasa ingin memiliki dan fikiran akan terpaku pada orang yang dicintai, hingga melupakan kewajiban lain yang lebih diprioritaskan padahal perasaan tersebut terungkap sebelum sah sesuai kehendak Allah. Maka betapa ruginya para remaja yang melabelkan 'pacaran' dengan lawan jenis sebayanya dan bersikap seolah seperti sepasang kekasih, maka perbuatan apa yang lebih bruuk dari zina dan mendekatinya, innalillahi.

Kini saya pun berusaha membersihkan kecenderungan perasaan suka terhadap lawan jenis secara berlebihan, karena selain belum sah menurut agama, juga dilarang oleh Allah mengkhususkan perasaan pada seseorang yang disukai melebihi kedekatan kepada Sang Pemilik Cinta itu sendiri, Allah SWT.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unintentional Supply

Essential of Love

The Pure Love