Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Efek Bola Pantul

Ku menyesali perbuatan kasar dan pembicara ku pada putri-putri kembarku dulu. Ku tidak sangka, kemampuan ku menahan stres sebegitu rendahnya, hingga akhirnya mereka yang menjadi korban kepayahanku salam mengendalikan  stres. Namun stresku ini bukan tanpa alasan. Permasalahan dan tekanan dirumah serta tanpa dukungan pasangan, membuatku kewalahan dan terkadang meledak-ledak pada buah hati kecil-kecilku yang tak bersalah. Hingga kini, sikap réaktif mereka berbekas, akibat kepayahanku menahan tekanan dan stres berlebih.  Tekanan yang kumaksud tak dianggap sama sekali oleh suamiku dan cenderung meremehkannya. Ia menyuruhku untuk menahan diri, berlemah lembut dan berkasih sayang pada anak-anak kami. Namun disisi lain ia mengingatkanku dengan cara menegur kasar, membentak bahkan membiarkanku saat dirinya kesal. Pernah suatu waktu ia menegurku didepan banyak orang. Ia berhasil mempermalukanku dan menghancurkan kepingan cintaku padanya. Ia tak sedikitpun menghargaiku sebagai istrinya, yang meng

Lelah dan Terkuras

Yaa Rabb Mengapa hampa ini semakin terisi dengan rasa sedih, pilu dan sesak? Saat pendidikan suami, menguras segalanya dari dirinya. Bahkan kehadiran dan kewajibannya pada keluarga pun tak bisa lagi sedikit diprioritaskan.  Belum lagi kedekatan kami yang semakin tenggang setiap harinya. Ya Rabb, hatiku pedih ya Rabb. Ku sangat menyayangi, menghargai dan ingin mendukungnya sepenuh hati. Namun rasanya rasa ini tak disambut baik olehnya. Baginya perasaan memiliki yang kumiliki, hanyalah beban yang ingin dihapuskan. Ya Allah ya Rabb...  Ku sadar, dirinya hanyalah titipan semata dan dalam ridho'nya lah terdapat syurga. Tapi begitu pahit rasanya, bahkan keberadaanku tidak lagi ia inginkan. Perasaanku dan keinginannya baginya hanya bagaikan cobaan. Kami berdua telah berada jauh dijalur yang berbeda. Kuingin menjadi ibu yang mengajarkan hal-hal dasar pada anak-anak yang menjadi amanah ku. Ia berharap diriku memiliki sesuatu yang seimbang dengan karir yang dimilikinya, prosperity dan skill

Mengayomi

Perasaan diremehkan, diinjak, disudutkan... Sangat menyebalkan... Tak ku sangka, kesetiaan dan ketaatanku dianggap tiada, selama ini tak bermakna sama sekali untuknya. Memang bargaining posisition seorang di keluarga itu sangat dipengaruhi dengan penghasilan & jasa-jasa buat orang banyak, dimata orang banyak. Sakit rasanya mendengar hal tersebut dibahas dan berulang kali dikemukakan untuk membandingkan betapa tidak berguna ya waktu, aktifitas yang kulakukan setiap hari. Tidak berbekas sama sekali dalam membangun sinergitas kehidupan tim ini. Dahulu pernah ku berazzam untuk mengabdikan diri, bahkan kuabaikan tujuan dan mimpiku untuk berpenghasilan sendiri, menyenangkan dan membanggakan orang tua setelah ku merampungkan pendidikan. Nyatanya memang aku tidak meraih apa-apa dalam hatinya. Usahaku dianggap tidak sebanding dengan usaha yang telah ia lakukan selama ini. Ucapanku masalah perasaanku, perasaan anak-anak bagaimana mensinkronisasikannya dianggap remeh dan tidak penting. Me

Tears

Hari ini kuberusaha menelfon dia yang berada jauh disana Begitu sulitnya kini Hanya untuk mendengar suaranya saja sangat minim kesempatan, apalagi sampai bercanda mesra Walaupun hati telah dipenuhi rasa rindu Pikiran dan raga sudah ingin sekali bertemu Namun hanya sebaik pesan dan beberapa menit telfon bisa kami alami Suatu kenikmatan yang tak terhingga Meskipun kami seringkali bertengkar Sering saling menyakiti, saling mengabaikan Namun perpisahan sesaat ini begitu memilukan Aku yang terus merasa pedih karena dirinya kelelahan berlebih Dia yang juga merasa pedih, memikirkan masa berharganya dengan anak-anak yang harus terlewatkan Begitu berharganya hingga tidak bisa dibeli dengan uang Kini kami sama-sama merasakan pedih, merasakan sakit dan merasa teruji dengan fase residensi ini Bukan kemewahan yang kuingin kan, namun kebersamaan dengannya menjadi suami kemewahan bagi diriku dan anak-anakku Biarkanku mengadu padaNya Agar ia menunjukkan jalan kami Agar kami mampu bert

Push Harder and More

Entah kali keberapa setiap telfon darinya selalu meninggalkan luka, kecewa, dan trauma untuk menerima telfon yang panjang lagi. Ia selalu mengatakan, aku tidak mampu, aku tidak kompeten, aku tidak bisa dipercaya, aku tidak berintegritas, aku temperamental Memang tidak semuanya fitnah, namun sedih rasanya, bahkan saat berjauhan pun ia tidak sekali pun membuatku merasa tenang, tidak sekali pun ia membuatku merasa diterima. Entahlah, entah akulah yang terlalu naif akan beratnya dan kejamnya dunia. Dia selalu menyadarkanku, betapa diriku ini sulit diterima oleh masyarakat apalagi dunia kerja. Jangankan di hadapan publik, dihadapkan suami sendiri saja, aku selalu merasa ditolak, dimarginalkan, dikerdilkan segala apapun yang telah aku lakukan dan ada dalam diriku. Kemudian aku selalu berkeluh dan mengadu pada Allah.. Apakah benar aku seburuk perkiraannya? Apakah benar aku senaif yang ia fikiran tentangku? Apakah setidak kompeten itu diriku untuk berada disampingnya? Apakah begitu bo

Kebergantungan

بسم الله الرحمن الرحيم Pillow talk kami beberapa pekan lalu yaitu mengenai memperlakukan orang tua dengan seharusnya. Jujur saja, aku merasa tidak ada yang salah dengan perilaku aku kepada orang tua, namun ia berkata lain. Ia meyakinkanku untuk sama sekali tidak mengharap untuk diperhatikan, disayangi, disapa ataupun ditenangkan saat terpuruk. Ia menjelaskan bahwa, ketika dewasa orang tua berharap usaha mereka telah usia dan kini giliran anak-anak untuk mengurus diri mereka sendiri dan sesekali memperhartikan orang tuanya. Jangan sampai berharap 'lebih' dan jangan sampai berharap mendapatkan sesuatu apapun sekalipun 'cinta, kasih sayang dan perhatian' orang tua saat menikah. Alasannya karena kini mereka sudah lelah, secara fitrahnya dan ingin kembali menjalani kehidupan tanpa kehadiran dan beban fikiran mengenai anak-anaknya yang telah tumbuh dewasa. Kesimpulan pillow talk kami yang perlu betul-betul aku camkan :  Tidak mengharapkan pemberian APAPUN dari

Cinta dan Kepercayaan

بسم الله الرحمن الرحيم Dahulu, Kukira cinta itu sama dan sepadan dengan kepercayaan Kusangka loyalitas itu sama dengan rasa cinta Kuharap cinta itu bisa membangun kepercayaan Ternyata kusalah sangka,  Cinta itu memang menggebu dan kadang terdengar kekanakkan Namun kepercayaan tidak, Rasa percaya perlu dibangun perlahan Selayaknya bangunan, perlu fondasi yang mengawalinya Kemudian dibangun perlahan melalui bata-bata loyalitas, solidaritas, pengabdian, integritas dan banyak lagi tergantung nilai kehidupan yang diyakini Kini ku sudah membuka mata, Bahwa cinta dan kepercayaan itu dua hal yang jauh berbeda Cinta mungkin muncul dari beberapa hal kecil Namun kepercayaan didapat dari banyak hal kecil, mungkin juga hal besar Cinta tidak mungkin dipaksakan, karena ia bisa datang tiba-tiba atau tumbuh dengan sendirinya Sedangkan kepercayaan tidak mengenal kata tiba-tiba atau tumbuh sendiri Butuh usaha dan kepekaan untuk mendekat perlahan, selangkah demi

Kemewahan

بسم الله الرحمن الرحيم Malam ini tetiba kuterfikirkan mengenai kemewahan. Mengapa generasi milenial cenderung mendefinisikan 'kemewahan' sebagai kenyaman dan kekayaan yang berlimpah ruah? Meski dahulu, aku berfikiran yang sama. Namun kemudian ku hijrah pemikiran, mereset ulang cara pandangku mengenai 'kemewahan'. Definisi kemewahan setiap orang jelas akan berbeda-beda jadi bisa dikatakan, tingkat kemewahan yang diharapkan orang juga akan berbeda-beda. Namun kemudian aku bisa menarik kesimpulan makna tersembunyi dibalik 'kemewahan'. Aku mencoba memposisikan diri menjadi orang lain yang sibuk, bekerja keras, selalu berjuang, penuh agenda dan sebagainya. Pastinya makna kemewahan adalah ruang untuk sesekali bernafas, ruang untuk sesekali berfikir mengenai diri, mengenai dunia, mengenai masa depan, ruang untuk sekejap mereview ulang kehidupan, prioritas dan tujuan hidup yang sempat teralihkan dengan rutinitas harian yang padat dan berulang. Mirip seperti

Game Level 5 Kelas Bunda Sayang

Menstimulus Anak Gemar Membaca dan Menulis Bismillah.. Aktifitas twins hari ini berkunjung ke Didieuland punclut Lembang. Anak-anak dan saya sendiri disodorkan pemandangan alam yang masya Allah menenangkan hati. Meskipun masih merasa kurang tenang dan masih sering grasak grusuk nanganin tantrum anak-anak. Anak-anak sangat senang berjalan-jalan disana, menikmati pemandangan dari ketinggian, terutama playground outdoor dan indoor. Di tempat wisata banyak tulisan dan sign yang baru mereka lihat. Sambil berjalan-jalan, saya coba menstimulus keingintahuan mereka dengan bertanya dan menjelaskan arti sign dan pelafalan tulisan-tulisan yang mereka lihat. Juga mereview kembali beberapa huruf alfabet yang sudah diajarkan. Alhamdulillah anak-anak bisa menikmati wisata alam kali ini, semoga lain waktu saya bisa mengajak mereka ke perpustakaan dan kembali menstimulus si kembar untuk girang membaca.

Résolusi ku di tahun 2019

Gambar
Semoga resolusi 'berdaya' di tahun 2019 ini bisa kuwujudkan dengan sepenuh jiwa raga dan awareness dengan niat untuk bermanfaat bagi orang lain, saat atau ketika berada di luar rumah (masyarakat) sekecil apapun itu. Bismillah... Semoga Allah meridho'i jalan ini

Pillow Talk #1 in 2019

Obrolan kali ini alhamdulillah bisa dimulai dan diakhir dengan tenang, tenteram dengan suami. Sebelumnya entah kenapa respon suami selalu terdengar seperti 'pressure' dan 'siksaan' untukku. Mungkin karena prasangka dan kondisi emosiku yang tidak stabil, tapi aku akan berusaha mengatasinya. Pokok obrolan kali ini, suami kembali Mengingatkanku untuk 'sadar diri' =self-awareness mengenai kehidupanku. Aku baru sadari bahwa ia sungguh-sungguh memperhatikan dan bertanggung jawab penuh terhadapku, melalui nasihat, dorongan dan motivasi yang selalu ia berikan. Ia menyadarkanku betapa pentingnya aware terhadap fungsi diri di keluarga juga di masyarakat. Aware ini akan sangat berpengaruh pada sikap dan pola pikirku menghadapi hidup. Ia menyadarkanku bahwa perilaku buruk harus kuhilangkan, yaitu : ❌Kecanduan drakor & gadget, menonton saat tugas utama untuk produktif dan berdaya ditinggalkan ❌Cuek, terhadap keadaan sekitar Suamiku sangat ingin yang terbaik untukku