Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

Mampir Sekejap Saja

بسم الله الرحمن الرحيم  Dia.. yang sempat mampir dalam kehidupanku Dia.. yang terus menerus membisikkan namaku dalam diam Dia.. yang menganggap diri ini luar biasa Sempat sosoknya pernah mampir dalam sekejap pikiran dan hariku Pernah ia, terus menerus berada dibenakku tanpa izinku Pernah pula ia, mengangguku meski sosoknya tidak terlihat sama sekali Namun kini, ia bagian dari masa laluku Kehadirannya dalam sekejap hidupku memang moment yang terjadi secara alami, mengalir namun merasuk terus kedalam fikiran Oleh sebabnya, ku yakinkan diri ini bahwa kehadirannya dalam benakku adalah salah dan ku berusaha sangat keras mengalihkan dan me remove segala sosoknya dalam keseharianku Namun proses ini kemudian dikacaukan kembali dengan dirinya yang menoleh balik memandangiku dari kejauhan Efek pandangan yang berbahaya.. Gerakan matanya selalu mengikuti kemana dan dimana pun ku pergi Rasanya seperti dicengkram erat tidak boleh terlepas Bahkan kesan yang ia b

He's The One

بسم الله الرحمن الرحيم  Proses pencarian yang kulakukan, terus menerus, tiada pernah lelah sambil terus merayu Allah untuk mempertemukanku dengan ia, yang paling kubutuhkan , bukan kuinginkan , yang paling Allah ridho’i untuknya membersamai kehidupanku selanjutnya. Ia yang memiliki sesuatu yang tidak mampu ku dapatkan dari sosok lainnya. Hanya ia, yang Allah hadirkan dengan segala hal kompleksitas mengenai diri dan pemikirannya. Dia yang akan hadir dalam hidupku yang sederhana ini. Sederhana yang dimaksud adalah tetap diam berada di posisi safe zone dan terpenjara dalam mental blocking ini itu yang sebenarnya tidak perlu. Pertemuan dengannya seolah seperti uluran tangan untuk berhenti terpenjara dalam safe zone kehidupan dan mulai bangkit berdiri di kenyataan hidup yang sebenarnya. Bisa disimpulkan, aku dengan mental yang lemah, bertemu ia dengan mental kuat. Menurut seniorku yang sempat mengenalnya, sosoknya adalah seseorang yang tidak takut apapun dan siap untuk ta

Emosi Sesaat

Lagi-lagi karena emosi sesaat, keinginan untuk diterima diperhatikan lebih. Menyebabkan keluar kata-kata menyakitkan. Tetiba materi pertama bunda sayang #4 adalah komunikasi produktif. Katanya, nalar & emosi itu berkebalikan. Memang, itu yang saya rasakan kemarin malam. Meski yang ditangkap akhirnya jauh lebih menyakitkannya. Padahal karena kelemahan saya menyusun kata terbaik agar terdengar tidak menghakimi. Innalillahi wa innailaihi rajiun. Saya mengingat-ingat kembali masa lalu yang saya sia-siakan dengan tidak memperlakukan orang lain sebaik mungkin. Saya kurang menghargai dan menjaga kedekatan sehingga tidak memiliki teman yang benar-benar dekat. Sedih. Lalu baru saja tadi malam saya melakukan kesalahan kepada suami. Emosi saya terpercik ketika sekali lagi saya mendengar kata-katanya. JIJIK karena keegoisan saya yang taunya hanya meminta, tidak menuruti. Kata tersebut memang terasa begitu berlebihan menurut saya, tapi bisa digunakan kata 'nyebelin' atau 'gemes