Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2018

Productive Discussion

بسم الله الرحمن الرحيم  Alhamdulillah hari bisa diskusi tentang bisnis dengan umafat. Hasil perenungan kemarin-kemarin dan debat online sama doi, emang saya bangun kembali motivasi dan semangat saya untuk mengusahakan akhirat. Memang banyak jalan yang bisa saya tempuh dan ada beberapa step yang mesti saya lalui : Menjadi istri yang mandiri dan produktif (simC, bisnis, konsultan) Mendalami kembali ilmu agama, menerapkan dan mengusahakan penerapan dengan kesadaran penuh! Sadari bahwa hidup hanya sandirwara, akhirat selamanya. Sadari! berdiam diri hanya akan merusak pikiran, iman, dan perilaku! Pelajari cara utuk merendah dihadapan suami, demi untuk menghormatinya dan mendapatkan ridho'NYA  Percakapan kami, insya Allah produktif karena sama memposisikan diri sebagai pendengar yang baik. Memberikan respon secukupnya dan lebih sering mendengar. Memang kebutuhan saya pun banyak untuk bicara, namun diskusi tadi Hani yang punya panggungnya dan saya harus mau menghormatinya. E

Fully Awake!

بسم الله الرحمن الرحيم   Ia mengingatkanku kembali, betapa 'hancur' kata suamiku begitu berarti.Dalam tulisannya #ngahulengberkualitas, "Padahal kita harusnya inget ada ayat yang bilang 'Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim:7)' Standar hidup : 1. Maju terus 2. Jalan ditempat 3. Jalan mundur Pastinya dari ke-3 itu saat ini aku berada pada posisi ke-3, the worst me! Saat tubuhku Allah kasih begitu sempurna, ingatanku masih berfungsi, pikiranku jernih tidak gila, sumber dayaku dimana-mana. Hanya kenapa diam saja? Ia menyadarkanku betapa merasa dan melakukan 'risk avoider' yang selalu kulakukan jutru memasukkanku pada kategori terakhir. Aku selalu berusaha keras membangun mental korban, sehingga tiada satupun makna dan pembelajaran hidu

Me to your Quotes

بسم الله الرحمن الرحيم  “You only live once, but if you do it right, once is enough.” ― Mae West   "Banyak Orang Gagal bukan karena melakukan kesalahan, namun justru karena mereka tidak konsisten untuk mengejar impian terbesarnya." - Anonim “Effective leadership is putting first things first. Effective management is discipline, carrying it out.” - Stephen R. Covey   “Life is not measured by the number of breaths we take, but by the moments that take our breath away.” -Maya Angelou “Live as if you were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever.” -Mahatma Gandhi

Mental Korban dan Mental Instan

Kata-kata Bupon di Anniv KIMI 2018 hari ini, bahwa untuk menghilangkan mental korban dan mental instan itu butuh perjuangan berat. Aku juga berpendapat sama, karena memang kedua mental ini seperti menghancurkan. Menghancurkanku dari dalam, dari mindset, behave, and almost everything. Hubunganku dengan orang terdekat jadi terganggu, kewajibanku mengayomi yang lebih jadi terusik dan jatuh pada antipati daripada simpati. Sebenarnya suamiku salah seorang yang ngelopekin kurangnya diriku ini. Ia bilang aku saat ini sudah sangat sangat hancur, hancur dibandingkan diriku yang dulu karena : Karakter apatis Mental korban dan instan Persistent dalam unproductive activity Awalnya aku tidak mengerti mengapa ia (doi) begitu maksa membuatku kembali produktif seperti sampai sebelum menikah. Kemudian aku sadari bahwa 'mental korban dan instant' ini sudah dimulai sedari lama. Sedari diri ini selalu merasa dianaktirikan oleh orang tua kandung sendiri. Desktruktif yang tidak kusadari du

Membentak, adakah rasa sayang didalam ya?

بسم الله الرحمن الرحيم Baru Ku ungkapkan kemarin malam, bahwa aku tidak suka dibentuk. Terutama di depan umum atau didepan saudara jauh. Aku merasa diperlukan didepan mereka saat suamiku merasa 'biasa'  dan 'wajar' saja untuk membentak. Hari ini ia melakukan hal yang sama.  Masalah sd card yg hilang, ia lantas menanyai sambil berteriak-teriak, dan cenderung memarahiku karena sudah menghilangkan barangnya kembali. Padahal aku hanya lupa menyimpannya, aku ingat pernah menyimpannya. Kemudian aku cuma bisa menelan ludah, dan mencari.  Alhamdulillah ketemu, artinya bentakkan, teriakkan, dan amarah ya diperuntukkan untuk memuaskan hawa nafsu pribadinya untuk mempermalukan ku didepan umum. Siangnya aku tidak banyak bicara, hanya berpura-pura biasa, padahal kesal ya minta ampun. Ya Allah bagaimana cara agar aku bisa menyampaikan aspirasiku, permintaan untuk mendapat kelembutan darinya tanpa diintimidasi

Down Maker

بسم الله الرحمن الرحيم Harapan ku dulu memang terlalu berlebihan Berharap diri akan lebih baik Berharap dengannya diri mampu lebih banyak peduli dan menghargai diri sendiri Nyatanya, tidak.  Perbincangan dan diskusi kami selalu berujung pada penguatan Kekurangan ku, kebodohan ku, hampir keseluruhan mengenai borok diriku Ia selalu mengeluhkan kurangku, jarang sekali membahas kelebihan sama selali Menurutnya aku ini spésiés gagal tumbuh Gagal menatap dan menataasa depan Bentakannya selalu mengingatkanku akan Kekesalannya padaku Pada perilaku burukku yang tidak mampu diterimanya Pada karakter burukku yang menurutnya borok dan berbau Hancur diriku Mentalku Dirimu seperti diobrak abrik Aku merasa gagal sebagai manusia Aku merasa hina Aku merasa tiada lagi yang bisa kupertahanku untuk terus bersamanya Karena obrolan dengannya membuatku hancur berkeping Sosok burukku terekspos jelas Seolah tiada sedikitpun bagian diriku yang patut dibanggak