Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2019

Kebergantungan

بسم الله الرحمن الرحيم Pillow talk kami beberapa pekan lalu yaitu mengenai memperlakukan orang tua dengan seharusnya. Jujur saja, aku merasa tidak ada yang salah dengan perilaku aku kepada orang tua, namun ia berkata lain. Ia meyakinkanku untuk sama sekali tidak mengharap untuk diperhatikan, disayangi, disapa ataupun ditenangkan saat terpuruk. Ia menjelaskan bahwa, ketika dewasa orang tua berharap usaha mereka telah usia dan kini giliran anak-anak untuk mengurus diri mereka sendiri dan sesekali memperhartikan orang tuanya. Jangan sampai berharap 'lebih' dan jangan sampai berharap mendapatkan sesuatu apapun sekalipun 'cinta, kasih sayang dan perhatian' orang tua saat menikah. Alasannya karena kini mereka sudah lelah, secara fitrahnya dan ingin kembali menjalani kehidupan tanpa kehadiran dan beban fikiran mengenai anak-anaknya yang telah tumbuh dewasa. Kesimpulan pillow talk kami yang perlu betul-betul aku camkan :  Tidak mengharapkan pemberian APAPUN dari

Cinta dan Kepercayaan

بسم الله الرحمن الرحيم Dahulu, Kukira cinta itu sama dan sepadan dengan kepercayaan Kusangka loyalitas itu sama dengan rasa cinta Kuharap cinta itu bisa membangun kepercayaan Ternyata kusalah sangka,  Cinta itu memang menggebu dan kadang terdengar kekanakkan Namun kepercayaan tidak, Rasa percaya perlu dibangun perlahan Selayaknya bangunan, perlu fondasi yang mengawalinya Kemudian dibangun perlahan melalui bata-bata loyalitas, solidaritas, pengabdian, integritas dan banyak lagi tergantung nilai kehidupan yang diyakini Kini ku sudah membuka mata, Bahwa cinta dan kepercayaan itu dua hal yang jauh berbeda Cinta mungkin muncul dari beberapa hal kecil Namun kepercayaan didapat dari banyak hal kecil, mungkin juga hal besar Cinta tidak mungkin dipaksakan, karena ia bisa datang tiba-tiba atau tumbuh dengan sendirinya Sedangkan kepercayaan tidak mengenal kata tiba-tiba atau tumbuh sendiri Butuh usaha dan kepekaan untuk mendekat perlahan, selangkah demi

Kemewahan

بسم الله الرحمن الرحيم Malam ini tetiba kuterfikirkan mengenai kemewahan. Mengapa generasi milenial cenderung mendefinisikan 'kemewahan' sebagai kenyaman dan kekayaan yang berlimpah ruah? Meski dahulu, aku berfikiran yang sama. Namun kemudian ku hijrah pemikiran, mereset ulang cara pandangku mengenai 'kemewahan'. Definisi kemewahan setiap orang jelas akan berbeda-beda jadi bisa dikatakan, tingkat kemewahan yang diharapkan orang juga akan berbeda-beda. Namun kemudian aku bisa menarik kesimpulan makna tersembunyi dibalik 'kemewahan'. Aku mencoba memposisikan diri menjadi orang lain yang sibuk, bekerja keras, selalu berjuang, penuh agenda dan sebagainya. Pastinya makna kemewahan adalah ruang untuk sesekali bernafas, ruang untuk sesekali berfikir mengenai diri, mengenai dunia, mengenai masa depan, ruang untuk sekejap mereview ulang kehidupan, prioritas dan tujuan hidup yang sempat teralihkan dengan rutinitas harian yang padat dan berulang. Mirip seperti