Takdir dan Usaha

Bismillahirrahmanirrahim...
Sore itu, disisi pelataran sebuah masjid kampus yang adem, nyaman walaupun tidak terlalu besar.
Kami (saya dan beberapa rekan) kembali bertukar nasihat bagi masing-masing diri kami

Ketika itu muncul pembahasan kembali mengenai qada & qadar, apa yang menjadikannya menjadi perdebatan dan senjata ampuh untuk menyelewengkan aqidah? bagaimana cara menghidarkannya?

Pada awalnya mari kita kaji terlebih dulu:
Qadar
menurut istilah ialah: "Ketentuan Allah yang berlaku bagi semua makhluk, sesuai dengan ilmu Allah yang telah terdahulu dan dikehendaki oleh hikmah-Nya." [4]


Atau: Sesuatu yang telah diketahui sebelumnya dan telah tertuliskan, dari apa-apa yang terjadi hingga akhir masa. Dan bahwa Allah Azza wa Jalla telah menentukan ketentuan para makhluk dan hal-hal yang akan terjadi, sebelum diciptakan sejak zaman azali. Allah Subhanahu wa Ta’ala pun mengetahui, bahwa semua itu akan terjadi pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan pengetahuan-Nya dan dengan sifat-sifat ter-tentu pula, maka hal itu pun terjadi sesuai dengan apa yang telah ditentukan-Nya. [5]

Qadha’
menurut bahasa ialah: Hukum, ciptaan, kepastian dan penjelasan.
 

Asal (makna)nya adalah: Memutuskan, memisahkan, menen-tukan sesuatu, mengukuhkannya, menjalankannya dan menyele-saikannya. Maknanya adalah mencipta. [6]

Kaitan antara keduanya:

<1>Qadha adalah ketentuan, hukum atau rencana Allah sejak zaman azali. Qadar adalah kenyataan dari ketentuan atau hukum Allah. Jadi hubungan antara qadha qadar ibarat rencana dan perbuatan

<2> Kaitan antara qadha' & qadar :
1. Dikatakan, bahwa yang dimaksud dengan qadar ialah takdir, dan yang dimaksud dengan qadha’ ialah penciptaan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

Maka Dia menjadikannya tujuh langit… .” [Fushshilat: 12]

Yakni, menciptakan semua itu.
Qadha’ dan qadar adalah dua perkara yang beriringan, salah satunya tidak terpisah dari yang lainnya, karena salah satunya berkedudukan sebagai pondasi, yaitu qadar, dan yang lainnya berkedudukan sebagai bangunannya, yaitu qadha’. Barangsiapa bermaksud untuk memisahkan di antara keduanya, maka dia bermaksud menghancurkan dan merobohkan bangunan tersebut. [7]

2. Dikatakan pula sebaliknya, bahwa qadha’ ialah ilmu Allah yang terdahulu, yang dengannya Allah menetapkan sejak azali. Sedangkan qadar ialah terjadinya penciptaan sesuai timbangan perkara yang telah ditentukan sebelumnya. [8]

Ibnu Hajar al-Asqalani berkata, “Mereka, yakni para ulama mengatakan, ‘Qadha’ adalah ketentuan yang bersifat umum dan global sejak zaman azali, sedangkan qadar adalah bagian-bagian dan perincian-perincian dari ketentuan tersebut.’” [9]

3. Dikatakan, jika keduanya berhimpun, maka keduanya berbeda, di mana masing-masing dari keduanya mempunyai pengertian sebagaimana yang telah diutarakan dalam dua pendapat sebelumnya. Jika keduanya terpisah, maka keduanya berhimpun, di mana jika salah satu dari kedunya disebutkan sendirian, maka yang lainnya masuk di dalam (pengertian)nya.

<1> Hikmah beriman kepada Qadha dan Qadar :
1.Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar ( QS. An-Nahl ayat 53).
2.Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa (QS.Yusuf ayat 87)
3.Memupuk sifat optimis dan giat bekerja (QS Al- Qashas ayat 77)
4.Menenangkan jiwa (QS. Al-Fajr ayat 27-30)

Lalu diskusi kami pun berlanjut kepada visi dan misi sebenarnya dari aplikasi keimanan kepada qadha dan qadar. Sebagai muslim yang baik seharusnya kita sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk perjalanan hidup kita di dunia maupun akhirat dengan terencana dan dilaksanakan dengan sebenar-benarnya.

Karena tanpa adanya visi dan misi tersebut, kita akan tiba pada keadaan bingung dan berhenti untuk kembali mencapai target-target kecil pencapaian visi dan misi tersebut, karena memang hidup tidak terencana. Berbeda dengan muslim yang berorientasi untuk mencapai syurgaNya Allah, yang dengan rencana dan usahanya melaksanakan pencapaian target tersebut dengan visi dan misi untuk mencapai keridho'an Allah semata.

Orientasi hidup seseorang yang berfikir seperti demikian, urusan dunia bukan lagi menjadi fokus utamanya tapi tetap menjalankan tugas dan amanahnya semata-mata untuk mencapai syurgaNya Allah, bukan hanya mencapai kepuasan dunia yang bersifat fana, atau sanjungan orang di sekelilingnya. 

Alangkah tenang dan indahnya jika kita mampu menjadi orang demikian, mencapai syurgaNya Allah dengan perencanaan dan usaha-usaha kita. Agar kemuliaan di syurga itu terencana, untuk mencapai keridho'an Allah kepada kita. Hal ini mungkin dan bisa dilakukan oleh siapapun, karena pada dasarnya setiap orang memiliki fitrah untuk berbuat baik, untuk mengimani Allah sebagai Sang Maha Esa yang tiada sekutu baginya.

Diskusi pun diakhiri dengan do'a bersama, agar masing-masing dari kami dapat mengambil manfaat dari pembahasan qadha & qadar dan memiliki rencana mencapai syurgaNya Allah yang menjadi prioritas dunia & akhirat, insya Allah :)
 
Alhamdulillah, semoga bermanfaaat

Referensi:
web<1> hbis.wordpress.com

web<2> rumahmadina.com
[4]. Rasaa-il fil ‘Aqiidah, Syaikh Muhammad Ibnu ‘Utsaimin, hal. 37.
[5]. Lawaami’ul Anwaar al-Bahiyyah, as-Safarani, (I/348).
[6]. Lihat, Ta-wiil Musykilil Qur-aan, Ibnu Qutaibah, hal. 441-442. Lihat pula, Lisaanul ‘Arab, (XV/186), al-Qaamuus, hal. 1708 bab qadhaa’, dan lihat, Maqaa-yiisil Lughah, (V/99).
[7]. Lisaanul ‘Arab, (XV/186) dan an-Nihaayah, (IV/78).
[8]. Al-Qadhaa’ wal Qadar, Syaikh Dr. ‘Umar al-Asyqar, hal. 27.
[9]. Fat-hul Baari, (XI/486)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unintentional Supply

Essential of Love

Resensi buku "Membentuk Karakter Cara Islam"