Keretakan Bonding Suami-Istri Part 1xxxxxxxt

Pas nulis tentang pasutri, selalu selalu dan selalu pengen 😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

Ga nyangka aja ternyata memang bondingku dengan suami udah seretak ini, yang dulu kecil semakin membesar, membesar-membesar dan membesar, sampai titik dimana suami tidak responsif dan peduli lagi tentang apa yang harus dibicarakan bersama. Baik itu tentang diriku sendiri, anak-anak dan masa depan kami. Dia tidak lagi responsif dan antusias. Start ini yang awalnya membuatku betul-betul khawatir dan terpuruk. Ternyata, yang kulakukan selama ini, bukan memperbaiki keadaan tapi semakin memperburuk keadaan.

Keadaanku yang terlalu fokus pada tekanan dan rasa sakitku, membuat hubunganku jauh dari anak-anak juga suami. Aku bingung sebingung-bingungnya. Sakit rasanya, merasa tidak lagi menjadi prioritas suami, tidak lagi akan mendapatkan respon tentang hal-hal yang aku anggap penting. Sakit sekali rasanya. Mungkin benar ini akibat ulahku yang bahkan tidak kusadari dahulu.

Namun hal ini pun semakin memperjelas posisiku yang sebenarnya bukan siapa-siapa bagi siapa-siapa dan harus berjuang keras untuk menjadi siapa-siapa minimal bagi seseorang, anak-anak. Harapanku tentu ingin diridhoi' suami. Namun kini semua itu makin menjauh.

Perspektif suami, aku harus berdaya dulu, menyamakan frekuensi dulu, karena bertahun-tahun sudah tertinggal dari segi intelektual, skill dan segalanya. Membuktikan targetan tercapai melalui perilakuku setiap hari, capaian pribadiku, self-developmentku, dan survival skill yang aku miliki.

Aku akan berlatih berfikir positif dengan menganggap bahwa ia sangat sangat peduli padaku, ia ingin aku bisa bertumbuh, bisa fokus pada tujuanku, dan bisa mengatasi rasa-rasa negatif yang menggerogoti pikiranku. Oke, aku sangat menghargai itu.

Jika difikirkan memanf tahun-tahunku bersamanya tidak membuatku mampu bertumbuh. Tapi jelas aku tidak boleh sama sekali bertumbuh dengan alasan dirinya, karena hal tersebut akan percuma. Aku memang sangat perlu menata diriku, mendapatkan kembali kontrol diriku agar aku bisa bertumbuh dan tidak lagi fokus pada suamiku. Karena ia tidak lagi mengindahkanku dalam urusan yang aku membutuhkannya, jadi aku akan memfokuskan diriku pada progres tumbuh diri dan anak-anak saja.

Jika aku terus memfokuskan pada penolakannya berbicara yang krusial, penolakannya berbicara hal di masa depan, maka aku akan tersakiti lagi dan lagi.

Berdaya..

Aku sadar aku kini jauh dari kata berdaya. Kebutuhan dasarku tidak bisa kupenuhi saat kini sudah ada anak-anak. Penerimaanku terhadap fakta itu harus terus kukuatkan, karena memang suamiku tidak lagi mau terlibat dengan urusan pendidikan anak yang melibatkan aku. Memang sangat mengesalkan dan menyakitkan, sesakit-sakitny. Istri mana yang tidak sakit saat diberi penghalang, diberi jeda, diberi batasam untuk membicarakan hal-hal krusial.

Memang di masa lalu aku terlalu fokus pada tekanan yang kuhadapi, bertahun-tahun, jika ia bilang itupun menyakiti dirinya, tentu saja pasti akan menyakiti dirinya. Namun kini aku akan memulai semuanya dari diriku, memulai segala hal positif yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh, pikiran dan mentalku. Karena memang selama ini aku kurang memperhatikan diriku sendiri dan terlalu fokus pada eksternal diriku yang sebenarnya harus ku nomer duakan.

Hari ini, 3 April 2021, suamiku berkata..

Jika aku bisa membuktikan perkataan dan usahaku sesuai, maka ia akan mempertimbangkan untuk mengobrol lagi denganku.

Jadi memang aku yang harus berusaha untuk kembali menjadi diriku yang dulu, yang energik, yang smart, kritis, penasaran dan optimis. Supaya aku tidak lagi bisa disakiti secara batin oleh sikap suamiku yang memberi jarak antara komunikasi kami.

Ku harus betul-betul sadar bahwa suami hanya titipan dan kita tidak mungkin dititipi selamanya. Pasti akan ada saat titipan tersebut Allah ambil kembali dengan alasan apapun. Oleh sebab itu, aku mau tidak mau suka tidak suka harus bisa berdaya, apapun dan bagaimanapun kesulitannya, jangan sedikitpun memperhitungkan suami, preferensinya, keinginannya, karena dia pun tidak lagi mengindahkan semua itu dari diriku.

Astagfirullah.. lagi-lagi ada sisa-sisa pikiran negatif dalam diriku. Sepertinya pikiranku diselimuti jin yang busuk sehingga cenderung berfikir negatif. Padahal aku tidak bermaksud demikian.

Sekian dulu curhatanku sebagai istri yang sedang frustasi, sedikit sakit dan tertampar keadaan sebenarnya diriku saat ini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unintentional Supply

Essential of Love

The Pure Love