Pengokohan Iman

بسم الله الرحمن الرحيم

Pagi ini seorang teman mengirimkan sms ini :
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan" (QS Al Anbiya : 35)
Sebut saja percikan iman pagi yang kembali menyadarkanku betapa mudahnya Allah memberikan ujian keimanan dengan sesuatu yang terlihat penuh 'kebaikan' dan 'keburukan' di permukaannya.

Bagaimana tidak, tak hanya berkaca diri juga pada pengalaman serupa yang dialami teman atau sahabat bahkan saudara. Hal-hal yang dianggap baik justru jika tidak disikapi dengan keimanan maka hanya berakhir dengan tidak menyenangkan. Jika difikirkan adalah bahwa semua ini kembali lagi, merupakan skenario Allah. Ia memberikan kemudahan, yang dapat diartikan 2 hal yaitu berkah atau justru ujian dariNya.

Seringkali hal-hal ini terlupakan karena terlalu merasa nyaman dengan segala berkah, kesehatan dan kemudahan yang Allah berikan. Namun terkadang pula, sedih dan rindu akan perhatiannya, ujian yang  biasa 'terlihat' pada lain waktu justru tak terlihat dan membuat diri lalai dari ketaatan. Innalillahi.

Tapi dalam Al-Qur'an Allah sering menyampaikan bahwa janganlah berputus asa pada ampunan Allah. Pesan Allah ini yang membersarkan hati untuk terus memperbaiki diri, memperbaiki sikap, kebiasaan serta karakter negatif dalam diri agar digantikan dengan perilaku baik lainnya.

Misalkan untuk mengendalikan nafsu amarah atau kesal. Cara yang terbaik adalah diam, lakukan kewajiban yang harus dilakukan, namun utamakan diam. Karena diam lebih baik dari pada berucap sesuatu yang dilandasi dengan amarah atau kekesalan terhadap sesuatu.

Jika diam tetap tidak menjadi solusi, maka pindah tempat atau posisi yang memungkinkah marah atau kesal diredam. Jika masih belum juga maka wudhu atau mandi, untuk mendinginkan fikiran. Jika belum juga maka tidurlah, biarkan fikiran mendingin seiring bergulirnya waktu dan tanamkan pola fikir bahwa waktu-waktu yang berlalu dengan menyimpan amarah dalam dendam hanya akan sia-sia dan mengikis keimanan serta cinta kasih dalam jiwa.

Mungkin hal-hal tersebut yang bisa dilakukan secara pribadi untuk mengekang liarnya keinginan untuk mengumbar amarah atau kekesalan. Selain itu, beberapa hal yang harus diusahakan untuk menghindari jatuhnya kita pada dosa ketika Allah menguji dengan hal-hal yang justru indah, mudah, melenakan serta menurunkan kekuatan pribadi untuk melindungi iman dan ketaatan kepada Allah SWT.

Kemarin dalam majelis halaqah, ku diingatkan kembali betapa pentingnya mencelupkan ambisi, keinginan dan jalan hidup pada kehendak Illahi, agar keseluruhannya berjalan sesuai apa yang Allah inginkan kita lakukan untuk masa depan kita selanjutnya. Celupan Illahi ini dimaksudkan agar karakter serta potensi-potensi yang kita miliki dapat dialokasikan di jalan dakwah, sekecil apapun, sesederhana apapun itu.

Wallahu'alam bissawab.

seperti perumpamaan Salim A. Fillah, sebuah tulisan atau tweet disebarkan bukan dimaksudkan bukan untuk mengajari, namun disebarkan agar dimuhasabahi atau dievaluasi bersama :) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unintentional Supply

Essential of Love

Nasihat Rasulullah Kepada Fatimah