Pernikahan Melahirkan Ketentraman

بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam sebuah kesempatan berbincang dengan seorang teteh yang telah menikah, tanpa dimulakan ia bercerita bahwa pertemuan dengan suaminya kini adalah kondisi yang sama sekali jauh dari bayangan sebelumnya. sesosok orang yang sama sekali berbeda dari apa yang ia bayangkan dan harapkan, bukan berarti penuh kekurangan atau celah, hanya saja berbeda 180 derajat.

Ia ungkapkan, seolah Allah menguji keikhlasan diri dan menekan semua 'keakuan dan keangkuhan' pribadi tentang seperti apa jodoh saya. Allah menekan sifat itu semua dan menunjukkan jalan kebaikan dalam skenario yang terasa tak menyenangkan. Namun apa yang Allah berikan memang mungkin ini terbaik untuk saya, begitu ucapnya.

Jadi ingat kata seorang sahabat, bahwa bukan dengan siapa jodoh kita kelak namun apa dan bagaimana jalan yang akan kita tempuh menuju jodoh tersebut. Skenario Allah begitu rahasianya hingga Rasulullah berani mengibaratkannya sebagai setengah dien.

Ustadz Budi Prayitno dalam tausyiahnya memperjelas hal ini. Setengah dien, dimaksudkan bahwa 'ujian keimanan' dalam pernikahan itu akan begitu besarnya, sulit, berliku namun tak berarti buntu. Ujian keimanan pasangan yang menikah dan mampu melaluinya justru akan menjadi peningkat keimanan.

Biarpun beberapa opini berkata bahwa pernikahan itu mencelupkan diri pada masalah orang lain serta keluarganya, namun kembali pada do'a : "..Qurrata 'ayun..", pasangan tersebut menentramkan hati dan sedikit demi sedikit mengukirkan kisah kasih tulus yang tak tergantikan tanpa mengalami ujian keimanan dalam pernikahan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unintentional Supply

Essential of Love

Nasihat Rasulullah Kepada Fatimah