Mrs MD's Wife

بسم الله الرحمن الرحيم

Bolehkan sikit kita bagi kesan pesan ini bagi kalian, just for your information. Based on my experiance and personal opinion

Jika pasanganmu dokter…

  1. Kuncinya Sabar

Sabar sebenarnya adalah jawaban dan modal untuk melewati semua permasalahan agar berujung syurga

Namun sabar memiliki pasangan dokter ini harus berusaha menerapkan sabar dalam segala hal. Misalkan waktu. Profesi dokter merupakan salah satu profesi dengan proporsi, tempat dan cara istirahat serta waktu bekerja yang tidak normal.

Beruntunglah jika pasanganmu sudah melewati fase terberat kaderisasi dokter yaitu pendidikan. Fase pendidikan ini yaitu koass atau residen. Pada fase koass dan residen di *n*d, mahasiswa bisa bekerja nonstop 3x24 jam tanpa tidur berbaring seperti orang normal. 

Dalam waktu tersebut mereka mencuri-curi waktu tidur saat bergantian jaga, sekitar 1-2 jam saat tidak hectic. Namun saat hectic mungkin ga sampai 1 jam, beberapa menit tidur berdiri bersandar sekejap ke tembok. Tentu tidak bisa duduk santai meluruskan kaki karena sisa darah dan kontaminasi/ infeksi mungkin masih tersisa di lantai dan sisi lain ruangan. Jelasnya, tidak ada tempat aman bebas kontaminan di rumkit.

Selepas 3x24 jam, pasanganmu akan ada dirumah/ kostan mungkin hanya 6 jam dan harus kembali lagi ke rumkit/ ruang kuliah. Tentu saja 6 jam tersebut adalah waktu berharga untuk tidur atau sekedar merefreshkan badan dan pikiran
Komunikasi akan benar-benar terbatas, padahal tidak selalu obrolan berakhir happy, kadang berbeda pendapat atau pakai baper-baperan ditinggal melulu
Waktu begituuuu berharga. Normalnya bekerja atau kuliah ada masanya libur. Tapi dokter beda, apalagi jika kota tempat pendidikan dan tempat tinggal adalah satu kota yang sama. Selamat! pasanganmu akan menjadi penghuni rumkit setia yang selalu ada dihari libur nasional!
Sangat sangat wajar dan lumrah ketika istri dokter pergi kemana-mana tanpa suaminya. Jelas sekali alasannya, bekerja atau pendidikan. Insya Allah semuanya demi mencari ridho’ Allah, mengabdi dan mengabdia

2. Mandiri

Punya pasangan yang dokter, usahakan jangan keseringan baper karena sering ditinggal dan jarang ditemani saat peristiwa penting

Pekerjaan atau pendidikan dokter itu jelas laamaa, jadi tidak bisa sepenuhnya bergantung pada pasanganmu. Selalu berusaha untuk menyelesaikan urusan dan permasalahan sendiri. Karena mungkin rencana-rencana untuk menghabiskan waktu bersama berpotensi pupus atau gagal, bisa terjadi karena berbagai macam hal. Jika hal tersebut terjadi, kembali pada point 1, sabar.

3. Qanaah

Baik menjadi dokter atau pun tidak, rasanya sifat ini begitu esensial bagi pasangan yang telah menikah

Profesi dokter juga sama seperti profesi 
lainnya, kadang nafkah bisa naik dan turun. Kondisi kesehatan bisa berubah-ubah begitu pun kebutuhan. Jangan sampai terbelenggu dengan kenyamanan hidup mevvah yang melenakan iman dan jiwa, karena menikah bukan artinya bersenang-senang tapi berpayah-payah bersama. 

Berlomba siapa yang paling tahan, paling sabar, paling ikhlas bisa menjalani ujian kehidupan bersama-sama namun tetap bahagia. Siapa yang perjuangan hidupnya makin berat, tapi bisa dilalui bersama-sama dan tetap yakin sepenuhnya pada ketentuan Allah

4. Kekuatan do'a

Pekerjaan pasanganmu itu beresiko tinggi!

Bahkan bukan sekedar resiko kerugian materil, tapi nyawa!

Betul, pasanganmu sedang mempertaruhkan nyawa untuk menyelamatkan banyak orang. Dia akan bertemu berbagai macam orang, berbagai macam perilaku, berbagai tempat yang sekedar sekolahan atau terinfeksi. 

Dia akan mempertaruhkan nyawa tanpa bisa memilih siapa yang harus diselamatkan!

Bayangkan pasanganmu sedang hamil dan harus mengobati orang-orang berpenyakit menular yang penularannya sangatlah tinggi. Sedangkan ibu hamil itu kondisinya berada pada fase terendah, bisa jadi terinfeksi dan yang paling parahnya, calon bayi tidak selamat. Kasus seperti itu sudah sangat sering terjadi dan sudah dianggap biasa! Dokter menyelamatkan nyawa namun nyawanya sendiri melayang…

Jadi kuncinya adalah do'a, selalu do'akan pasanganmu agar Allah senantiasa melindunginya baik saat sakit dan sehat, ketika ia harus bekerja saat ia kelelahan, ketika ia memaksakan diri bekerja ketika dirinya pun sedang menjadi pesakit yang harus dirawat. 

Do'akan keselamatanya, keridho'an Allah padanya dan pada pekerjaannya, do'akan seluruh waktu yang ia habiskan untuk berjuang menyelamatkan nyawa meski kesadaran dirinya pun hampir hilang karena kelelahan yang sangat.
Semoga Allah senantiasa meridho'i seluruh dokter serta keluarganya yang berjuang menyelamatkan nyawa

5. Inisiatif

Waktu yang terbatas mengkondisikanmu sebagai pasangan untuk mengelola hampir segalanya dirumah. Bahkan untuk pekerjaan-pekerjaan yang dianggap kerjaannya laki, atau justru sebaliknya, kerjaan yang cewe banget (*cuci piring)

Waktu suami begitu berharga, upayakan pekerjaan yang tidak begitu urgen bisa didelegasikan kepada orang lain atau diselesaikan oleh dirimu sendiri.

Jadi seorang istri tidak selalu harus mengerjakan seluruh pekerjaan seorang diri. Jika bisa dan memungkinkan, rekrut beberapa orang atau komunikasikan dengan orang yang bisa dipercaya untuk menyelesaikan tugas-tugas domestik yang menghabiskan waktu berharga bersama suami dan anak-anak. Prioritaskan keduanya, bersikaplah sebagai CEO terbaik!

😉

Dulu sama sekali tidak terbayangkan akan benar-benar menjadi istri dokter. Mungkin lebih tepatnya tidak mengharapkan (*in wishlist). Mengapa? Karena meskipun kata orang dokter itu pekerjaan mulia, dikenal banyak orang (red: pasien), dan pekerjaan yang mapan, tapi itu semua bukan hal yang aku fikirkan pertama kali.

Ketika suami memutuskan untuk menyelesaikan pendidikannya, fikirku melayang pada terbatasnya waktu bersama. Sering aku mendengar kisah serupa seorang istri dokter yang melalui fase terpenting hidupnya tanpa pasangannya dan aku berfikir, rasanya anat menyedihkan. Karena aku berharap jika memiliki pasangan, bisa selalu ada terutama di saat-saat terpenting dalam hidup

Qadarullah, Allah mentakdirkan lain dan aku yakin ini yang terbaik, sesuai pintaku padaNya. Menghadirkan pasangan yang aku butuhkan didunia akhirat, bukan aku inginkan bak drama korea fiktif yang terlalu banyak kepalsuan, fatamorgana dan kegilaan percintaan tanpa komitmen

6. Husnuzon

Bukan hanya kepada pasanganmu tapi juga kepada seluruh staf dan pegawai yang bekerja sama dengannya. Dia akan berinteraksi intense baik dengan rekan kerja ataupun pasien, mungkin hampir 24 jam atau lebih.

Jika tidak berusaha husnuzon maka bisa jadi tenggelam dalam kecemburuan, padahal masalah interaksi dalam pekerjaan pasanganmu sama sekali tidak bisa disamakan dengan pekerjaan lainnya. Begitupun dengan pergaulannya diluar, ingatkan ia agar berusaha menjaga interaksi dan kedekatan dengan lawan jenis.

Hanya bermodalkan husnuzon dan do'a, titipkanlah ia, hati, pikiran dan padangannya kepada Allah. Jagalah ia dengan do'a, komunikasi efektif dengamu dan maksimalkan peranmu sebagai pasangan terbaik untuknya. Pasanganmu termasuk titipan Allah yang Allah beri dan bisa Allah ambil kembali. Usahakan agar waktu kebersamaan dengannya menjadi khidmat terbaik seorang istri/suami kepada pasangan. Biarlah Allah yang menilai seberapa tulus dan kerasnya usahamu.

7. Rencanakan pengasuhan anak bersama

Pasangamu dengan kondisinya, akan miliki banyak keterbatasan dalam membantumu merawat dan mendidik anak. Meskipun masalah parenting ini seringkali disepelekan oleh hampir sebagian orang dengan mindset berbeda-beda dengan latar belakang pengasuhan yang berbeda. Tapi yakinlah, pengasuhan anak adalah terpenting dan utama. 

Sayang sekali jika dunia dikejar, harta diupayakan namun pengasuhan diabaikan. Pasanganmu dengan keterbatasannya membutuhkanmu sebagai tim untuk mensupport dirinya sebagai bagian dari tim pengasuhan anak.

Jadi rencanakan, alokasikan, kelola dan tentukan apa, siapa dan bagaimana tahapan pengasuhan akan dijalankan bersama dalam kondisi pasanganmu serta pekerjaannya. Jangan sampai fase-fase kehidupan dan perkembangan serta kisah hidup anak-anakmu terlewati begitu saja. 

Usahakan yang terbaik bagi anak-anak. Berikan modal awal, mendasar dan paling utama yang membentuknya menjadi pribadi tangguh, berakal, berdaya dan siap berjuang sebagai pemimpim, khalifah dimuka bumi.

Bukankan sebagai muslim kita diingatkan jangan sampai meninggalkan generasi yang lemah?

Sadarkah kita semua mengenai kerusakan moral yang semakin mengakar? dan adab yang terus menerus ditinggalkan bahkan dihinakan?

Jangan biarkan anak-anak dilepas tanpa modal apa-apa dari orang tua, karena bisa jadi ia akan menjadi orang baik, juga sebaliknya. Lingkungan akan mendidiknya menjadi sosok yang haus akan hiburan dan gagap ilmu agama, generasi arogan yang ciut bila dihadapkan pada kematian. 

Generasi yang bahkan tidak bergeming dengan ancaman Allah bagi yang melakukan dosa dan maksiat. Nauzubillah.

Yakinkan pasangan untuk menjadi tim yang selalu kompak dan bagian dari tumbuh kembang anak. Karena ada tiadanya orang tua tiada rugi bagi mereka, anak-anak kita. Justru sebagai orang tua yang akan merasai rugi karena menyia-nyiakan keterlibatan dalam pengasuhan, masa-masa yang begitu berharga dan terkenang di dasar hati mereka. 

Padahal pengasuhan merupakan kesempatan meraih ridho’ Allah yang begitu berharga.

Insya Allah, kuatkan kami ya Allah sebagai hamba dan orang tua, agar dapat selalu berkembang serta berusaha dalam kebermanfaatan, kefahaman dan mampu bersyukur atas segala hal, sekecil apapun itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unintentional Supply

Essential of Love

Resensi buku "Membentuk Karakter Cara Islam"