Beda Zaman Beda Godaan

بسم الله الرحمن الرحيم

Kalau jaman kuliah, godaannya adalah menjaga padangan dan pergaulan dengan lawan jenis. Meskipun dari penampilan sudah terlihat anak rohis, namun tidak mengurangi potensi terkena sasaran vmg. Atau mungkin justru jadi objek vmg karena dikira naif? haha.

Entahlah hanya saja dulu aku hanya berusaha menikmati masa-masa pendidikan di perguruan tinggi. Mulai dari pertemanan, organisasi, kegiatan, pengalaman dan banyak lagi. Di universitas juga, aku melanjutkan tarbiyahku. Namun jujur saja, aku bukan anak penurut yang begitu saja manggut-manggut. Kadang larangan berinteraksi dengan lawan jenis sering aku anggap berlebihan. Meskipun akhirnya aku sadari bahwa hal 'berlebihan' tersebut sangat menyelamatkanku dari bahaya pacaran.

Memang kisah percintaan itu begitu manis, apalagi saat bangku perkuliahan. Seolah dewasa belum namun kanak-kanak sudah terlewat. Bisa dibilang masa transisi. Alhamdulillah dimasa paling galau sedunia ini, aku selalu ditunjukkan Allah jalan yang lurus, pergaulan yang sehat, saudara yang strict serta kesempatan emas untuk menjadi bagian dari dakwah, sekecil apapun perannya.

Dakwah seolah menarikku dari aku yang hampir terjerumus dosa dalam interaksi lawan jenis yang bisa menimbulkan maksiat hati, pandangan, pikiran bahkan merenggut hampir semua waktu pendidikan. Allah masih menyayangiku. Semakin dekat masa-masa kelulusan sarjana, tekadku semakin bulat untuk menggenapkan dien. Aku mengungkapkan keinginanku kepada kedua orang tua. Meskipun mereka jelas langsung menolak, tapi mereka memahami maksudku. 

Lalu kemudian begitu lulus sarjana, aku mempunyai izin untuk menikah dari kedua orang tua. Sayangnya tidak ada seorang pun yang muncul mengkhitbahku. Entah kemana semua pria itu, yang dahulu mengaku tertarik padaku tapi tidak selangkah pun menujukkan batang hidungnya di depan kedua orang tuaku.

Dan hingga aku menjalani pendidikan pascasarjana, tidak seorang pun pria yang berusaha 'mencariku'. Memang keinginan semu tidak mungkin terwujud dengan mental tempe. Begitulah sosok pria-pria yang mundur untuk mengkhitbahku. Lalu ketika Allah bukakan pintu suamiku, dia datang melalui jalan yang sangat tak terduga. Latar belakang yang sama sekali jauh dengan kriteria yang aku tulis dan harapkan. Namun aku kukuhkan dalam hati untuk sepenuhnya peraya dengan ketentuan Allah SWT.

Alhamdulillah suami yang hadir dalam hidupku beserta putri-putri kecilku mewarnai kehidupanku kini. Aku berusaha menumbuhkan kebiasaan baik, dan menghilangkan skeptik orang tentang masa muda yang terlewati dengan percuma. Menghasilkan generasi penuh kritik namun rendah diri.

Aku akan bimbing dan tunjukkan cara dan jalan mana saja yang paling berfaedah dalam hidupnya. Bukan yang paling cepat atau paling mudah, namun paling bisa meninggalkan bekas dan membangun mentalnya sedikit demi sedikit. Tidak ada kata terlambat untuk perubahan.

Godaanku saat ini adalah mengoreksi kesabaran dan ketulusanku dengan sebenarnya. Seolang tiap mata mengukur dan mencari titik lemahku untuk menurunkan point kebaikan di hadapan Allah SWT

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unintentional Supply

Essential of Love

Resensi buku "Membentuk Karakter Cara Islam"