Sadarilah..

Sadarilah betapa rendahnya diri dengan segala kealfaan, dari ketidakfahaman hakikat
dari ketidakbijakan sikap, dari luapan emosi, dari idealisme pribadi, dari kebimbingan prinsip, dari sempitnya pemikiran dan dari akibat dari kesalahan yang diperbuat

Jadi apa lagi yang patut dibanggakan? masih mengharap pujian dan sanjungan?

Sadarilah betapa masih banyak hal dalam diri yang mesti segera dibenahi, sebelum menjadi kebiasaan dan mengerak dalam karakter pribadi. Masih banyak koreksi diri yang perlu dikaji ulang akan kelayakannya.

Jadi mengapa bisa-bisanya hidup bersantai saja? Atau bahkan telah menjadi karakter dalam diri?

Sadarilah betapa sempitnya waktu hidup didunia, hanya berkisar 60 tahun saja. Waktu-waktu produktif pun sering dibuang percuma dengan perdebatan tanpa arah tujuan, pertengkaran antar saudara seperjuangan dan proses pembuangan waktu dengan percuma, sering sekali dirutinkan.

Jadi masih mampukan mengkritik dan mengurusi kepentingan orang lain? lebih puas mengevaluasi orang lain dibandingkan diri sendiri?

Sadarilah bahwa rutinitas mematikan keinginan mencari sebuah hakikat. Rutinitas sering kali melalaikan untuk selalu berjuang lebih, bersikap lebih baik dan beragama dengan sungguh-sungguh.

Jadi masihkan sempat untuk meminta ampunan dan pertolongaNya? masihkan sibuk dengan kebohongan-kebohongan, ketidakjujuran atau sikap-sikap tercela lainnya?

Akankah keterpurukan akan kembali berulang???

Lakukan perubahan diri!
Jika tidak mampu berubah seorang diri maka bergeraklah!

Segeralah berhijrah dan carilah kebenaran dimuka bumi!

sumber inspirasi #shalihahasyim (you never go back)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unintentional Supply

Essential of Love

The Pure Love