Profesi dan Rasa Syukur

Alhamdulillah wa syukurillah...

Allah senantiasa memberikan berkah yang tiada terkira, yang tiada kita sadari dan syukuri akan keberadaannya.

Renungan ringan, di angra (angkutan gratis unpad) tentang profesi. Saya sadar bahwa profesi di bidang teknologi pangan itu bukan profesi yang mengedepankan eksistensi atau kebangaan yang sangat, tidak pula menimbulkan pengharapan yang luar biasa seperti profesi-profesi lainnya.

Profesi ini lebih bersifat 'dibalik layak', kerja-kerja kita hampir tidak pernah dilirik sama sekali oleh konsumen (objek yang mengkonsumsi produk), tapi apa dengan tidak adanya kebanggaan luar biasa lalu disepelekan begitu saja? Mungkin sering kita dengan kebanggaan yang luar biasa fresh graduate bidang kesehatan atau teknik, bukan pangan. Padahal bisa dibilang, jika tidak ada ahli teknologi pangan maka makanan sehari-hari pun hanya itu-itu saja, tidak ada variasi atau cita rasa baru yang lebih menggugah selera, praktis dan awet. Mungkin hanya ada raw food yang harus diolah dengan jangka waktu cukup lama dan rasa yang biasa saja.

Tapi saya ingat bahwa, 'Allah memberikan yang terbaik untuk hambanya', jadi mudahlah, syukuri apa yang kini telah kita tekuni, manfaatkan dengan maksimal dan gunakan dengan kesungguh-sungguhan. It's simple..

Selain itu pun, saya sadar bahwa Allah menempat-tempatkan potensi kita sesuai apa yang dibutuhkan, bukan apa yang diinginkan. Allah juga tahu apa yang terbaik untuk kita, bukan apa yang ingin kita inginkan. Saya fikir mungkin jika dahulu saya tidak mengambil kesempatan masuk teknologi pangan saya akan kesulitas menyesuaikan bahasa dengan lingkungan di negara berbeda, atau mungkin saya akan punya masalah yang berbeda pula dengan keadaan yang berbeda.

Saya rasa ketika saya mencoba 'menerima' bahwa saya telah diterima di teknologi pangan, saya merasa harus sangat mensyukurinya karena ternyata ketika itu cukup banyak teman-teman seangkatan saya yang tidak berhasil masuk perguruan tinggi negeri. Saya paksa diri ini untuk menerima dan merubah pola pikir mengenai profesi. Saya ucapkan pada diri saya bahwa profesi ini Allah pilihkan untuk saya, jadi apapun dan bagaimanapun, seburuk apapun, sepahit apapun perkataan orang lain tidak akan menggetarkan hati saya untuk beralih, karena hanya Allah dan saya yang akan menjalani kehidupan ini, bukan atas dasar pendapat orang lain.

Alhamdulillah dengan rasa syukur yang berusaha saya tumbuhkan, Allah memberikan lingkaran ukhuwah kepada saya, lingkaran keeratan batin, kehangatan persaudaraan kepada saya, seperti yang pernah saya rasakan dulu di masa SMA.

Saya pun belajar dari banyaaaakkk orang dengan karakter yang berbeda-beda pula, tetapi kami satu tujuan yaitu bergerak bersama, bekerja bersama karena mengharapkan ridho' Allah. Seolah terdengar muluk-muluk tapi nyatanya itu yang terjadi.

Keikhlasan jadi senjata kerja-kerja mereka, kesungguhan dan optimisme menjadi cara mereka terus bertahan diantara tekanan dan permasalahan-permasalahan lain. Sehingga dari mereka-mereka itu saya belajar mengenai kehidupan, mengenai cara menghargai orang lain, menyayanginya mereka karena ikatan ukhuwah dan kenyamanan-kenyamanan lainnya yang saya sangat syukuri.

Akhir kata, saya hanya ingin mengingatkan diri saya sendiri dan diri saya dimasa depan untuk selalu bersyukur terhadap apa-apa yang Allah berikan. Karena dengan cara itulah kebahagiaan hakiki dapat kita raih dengan tanpa sadar telah mewarnai hidup kita :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unintentional Supply

Essential of Love

The Pure Love