Masa Penantian

بسم الله الرحمن الرحيم

Alhamdulillah..

Sudah masuk bulan mei, brarti Ramadhan tinggal 67 hari lagi. Ayo siapkan! karena 'dadakan' itu gakan maksimal :)

Memasuki bulan mei teringat akan hadirnya undangan-undangan pernikahan teman-temanku, klo difikir-fikir rata-rata angkatan 2008 dari SMA 3. Wah wah.. sepertinya intelektualitas berimbang dgn kepribadian dan kedewasaan. Bnarkah spti itu?

Mhm.. tapi mungkin ada benarnya juga. Masa-masa SMA ku masih saja diselingi bermain-main atau mengeksplor hal lain, tapi mereka berhasil pengupgrade kepribadian dengan kemantapan diri. Subhanallah..

Banyak hal dari mereka yang aku pelajari. Bahwa tidak semua hal yang kita inginkan atau harapkan bisa kita capai begitu saja, perlu adanya perjuangan, pengorbanan, kesabaran serta keikhlasan. Menyeimbangkan passion dan reality memang butuh proses dan ku rasa mereka telah melaluinya tahap demi tahap.

Aku sekarang seolah hanya seperti penonton saja, namun rasanya tak seburuk itu. Aku mencoba mengeksplor diri pribadi sedini mungkin. Banyak jalannya dan masing-masing punya cerita. Ya, masalah menikah adalah jodoh yang ditentukan Allah. Jika Allah meridho'i kita untuk menikah maka tak ada hal atau apapun yang mampu mencegahnya.

Walaupun aku belum menikah, aku tetap bahagia hingga kini. Orang tua dan saudari-saudariku pun sama. Kami tetap merasakan kesejahteraan karena bersama dan berkecukupan, serta masih memiliki orang tua yang menyayangi dan perhatian pada kami.

Kalau kata ustadz, waktu kita kami kini, mungkin Allah ingin kami lebih berbakti kepada orang tua, lebih menyayangi dan memberi perhatian lebih. Masalah ini memang menjadi fikirku, karena setelah menikah entah apa yang akan terjadi, mungkin tempat tinggal kami tak lagi bersama, bahkan mungkin tak lagi satu provinsi, wallahu'alam. Semoga masa-masa penantian ini lebih mematangkan konsep diri dan berperan lebih sebagai anak. Insya Allah