Resensi buku "Membentuk Karakter Cara Islam"
,,,Bismillahirrahmanirrahim,,,
Judul buku : "Membentuk Karakter Cara Islam"
Penulis : M. Anis Matta
Subhanallah sekali saya akhirnya menyelesaikan baca habis buku ini (yang thn pembeliannya thn 2007) , hingga sempat bikin resensinya dalam rangka rencana mengikuti Dauroh Marhalah 2 yang diadakan di Tasikmalaya. Tapi karena satu dan lain hal, kepergian saya dibatalkan, oleh karena itu saya post saja di blog moga aja bermanfaat ^_^
Saran saya, anda yang tertarik harus membacanya langsung. Buku ini benar-benar powerfull banget! Cocok untuk para pemuda yang sedang membentuk karakter islam yang kuat dan penuh manfaat. Sang penulis, M. Anis Matta seolah mampu mendeskripsikan cara kerja akal, qalbu dan psikologis kita untuk melakukan perubahan yang lebih baik dengan sebenar-benarnya tentu saja dengan bahasa yang anggun, tidak berbelit-belit, intelek dan kaya makna.
Yaaakk, mari kita mulai.......................... :)
Kepribadian seseorang erat kaitannya dengan karakter yang dimilikinya. Buku yang ditulis oleh M.Anis Matta ini akan semakin memperkaya pemahaman kita mengenai karakter manusia, penyimpanganya serta cara-cara untuk membentuk atau memperbaikinya menjadi karakter islami yang kuat sehingga tidak mudah terpengaruh oleh pengaruh negatif lingkungan ataupun komunitas di sekitarnya.
Krisis
Moral dan Kepribadian
Bangsa Indonesia kini sangat
carut manut perilakunya, berbagai kejadian buruk terjadi di sekeliling kita
yang bersumber dari perilaku menyimpang. Hal ini dirasa penulis sebagai akibat
dari krisis moral bangsa Indonesia. Moral bangsa sudah semrawut tidak jelas
arah tujuannya bahkan sudah menjadi moral buruk karena sikap-sikap yang menghadirkan
kecemasan, ketakutan dan keresahan masyarakat ketika semakin maraknya isu-isu
politik, sosial dan pengaruh media massa. Masyarakat kini bukan lagi
masyarakat, terjadi pemisahan perilaku antara individu dengan masyarakat yang
sudah sepantasnya saling hormat menghormati, saling membantu selayaknya
kehidupan masyarakat.
Umar bin khatab menyatakan bahwa
masyarakat yang kehilangan jadi dirinya sebagai masyarakat terjad karena
perubahan keseimbangan antara sifat-sifat masyarakat itu sendiri. Ketika kebaikan
lemah tidak memiliki daya upaya untuk menghilangkan kejahatan yang terjadi
karena kejahatan dilakukan serta merta oleh orang yang ‘kuat’ dari berbagai
aspek, sehingga sulit kembali seimbang pada kondisi seharusnya yaitu kebaikan
dengan kekuatannya untuk menghalau kejahatan yang kecil tak berdaya upaya untuk
membesarkannya. Ketidakseimbangan ini akan berpengaruh pada setiap lini
kehidupan karena sangat erat kaitannya dengan kondisi perilaku manusia sebagai
makhluk social.
Ketidakseimbangan marak terjadi
ketika munculnya pemikiran menyimpang yang mengaburkan nilai dari suatu
kebenaran, hilangnya jiwa-jiwa shalihah yang menjadikan kesuksesan sebagai
jalan untuk beramal lebih, maraknya pengaruh media massa yang menuntut
masyarakat agar selalu produktif tanpa adanya peningkatan kapasitas di dalamnya
dan peran lembaga sosial yang seolah tidak berarti lagi.
Ketika krisis moral dan kepribadian
telah hilang, maka kegelapan akan semakin menghitamkan Indonesia, maka
diperlukan solusi tepat bagi penanganannya. Krisis moral dan kepribadian erat
kaitannya dengan ahlaq yang selalu disampaikan Rasulullah SAW. Jadi cara
terbaik yaitu kembali kepada jalan Allah, kembali memperbaiki dan membangun
kembali moral dan kepribdian bangsa dengan cara islam.
Akhlak
dalam Semua Sisi Kehidupan
Dalam
hadis riwayat Malik, Rasulullah menyampaikan bahwa beliau diutus oleh Allah
untuk menyempurnakan akhlak. Hal tersebut mengindikasikan betapa pentingnya
akhlak islami. Allah senantiasa mengingatkan kita bahwa keimanan yang terpatri dalam
hati dan jiwa berfungsi untuk mengarahkan kita untuk meraih akhlak yang
terpuji, lewat do’a, ibadah dan amalan kebaikan kita sehari-hari. Kemudian
perintah untuk memperbaiki dan memiliki akhlak yang baik telah Allah sampaikan
dalam Al-Qur’an yang berbunyi:
“…
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar…”
(QS
Al-Ankabut:45)
dan
(QS
Al-Baqoroh:183)
Ayat
tersebut menegaskan bahwa akhlak itu memiliki timbangan yang berat di akhirat
kelak. Penulis menjelaskan bahwa akhlak itu adalah nilai dan pemikiran yang
telah menjadi sikap mental yang mengakar dalam jiwa, lalu tampak dalam bentuk
tindakan dan perilaku yang bersifat tetap, natural dan refleks. Jadi akhlak itu
tercipta dari keseimbangan antara keimanan dan amal shalih yang senantiasa
dilakukannya.
Induk-Induk
Akhlak Terpuji
Seperti
apakah akhlak terpuji itu?penulis menyatakan bahwa akhlak manusia disokong oleh
hati, akal, dan rasa yang dapat menentukan sesuatu baik atau tidaknya. Tetapi
hal ini sulit untuk dijadikan standar karena setiap manusia memiliki pendapat
dan pemahaman yang berbeda-beda menyenai kebaikan atau suatu keburukan, oleh
sebab itu Allah menurunkan agama sebagai petunjuk mengenai hakikat kebenaran
tersebut. Jadi akhlak terpuji itu dinilai baik dari pandangan dua pihak, yaitu
Allah SWT sebagai Sang Maha Pencipta dan manusia sebagai makhluk yang
menjalaninya.
Induk-induk karakter yang diuraikan
penulis dalam bukunya :
1.
Cinta
kebenaran
2.
Kekuatan
kehendak
3.
Himmah
(Ambisi)
4.
Kesabaran
5.
Rasa
kasih
6.
Naluri
sosial
7.
Cinta
manusia
8.
Kedermawanan
9.
Kemurahan
hati
Akar-akar
Akhlak Tercela
Ibnu Qayyum
menyebutkan akar-akar akhlak tercela yaitu :
a.
Syubhat
(Pemahaman bias antara kebenaran dan keburukan, benar dan salah)
b.
Syahwat
(Penyakit ini mampu menghilangkan kemampuan manusia untuk mengendalikan diri
dan bertekad secara kuat)
Syubhat
adalah sumber dari merosotnya kualitas akhlak, dan harus diperbaiki dengan
peningkatan pemahaman dengan pendalaman ilmu sehingga muncul keyakinan yang
mampu menghilangkan keraguan dan penyimpangan sikap karena keterbatasan ilmu.
Syahwat
ini pun diklasifikasikan menjadi :
a. Syahwat kekuasaan (Keinginan
untuk mencapai kedudukan yang tinggi, pengagungan oleh manusia)
b.
Syahwat
kesetanan (Keinginan untuk melakukan tindakan buruk untuk menyakiti orang lain
atau berbuat jahat demi kepuasan diri sendiri)
c. Syahwat
binatang buas (Keinginan atau kebiasaan untuk melepaskan emosinya secara
berlebihan tanpa menghiraukan posisinya sebagai manusia yang telah diberi akal
dan qalbu yang sehat)
d. Syahwat binatang ternak (Keinginan
untuk memenuhi kepuasan perut dan keinginan biologis semata dengan
mengesampingkan larangan-larangan agama)
Faktor-faktor
Pembentuk Perilaku
Faktor pembentuk
perilaku ini diabagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal terdiri dari :
1. Kebutuhan biologi (Cara manusia
memenuhi kebutuhannya harus disesuaikan dengan ketentuan agama agar tidak
terjadi penyimpangan yang mampu mempengaruhi kepribadian seseorang).
2. Kebutuhan psikologis (Kebutuhan
psikologis sudah sepantasnya untuk dipenuhi dengan batasan sewajarnya).
3. Kebutuhan pemikiran (Semua ilmu,
informasi yang diinputkan harus didasari oleh keimanan sehingga tidak
menimbulkan pemikiran menyimpang karena keterbatasan pemahaman sebagai manusia)
Tahapan
Perkembangan Akhlak
Setiap manusia yang
hidup pasti akan berkembang, termasuk pada akhlaknya. Berikut ini sifat
pengembangan yang dipaparkan penulis :
1.
Seiring
pertumbuhan, kepribdian pun akan semakin berkembang
2. Pertumbuhan dan kepribadian akan
saling mempengaruhi
3. Usia pun mempengaruhi
4. Perkembangan yang terjadi pada
setiap manusia berbeda-beda tergantung pada faktor-faktor yang mampu
mempengaruhinya
5. Kecepatan perkembangan umur, dan
aspek-aspek kepibdian berbeda-beda
6.
Kepribdian
adalah hasil akhir akumulasi perkembangan semua aspek yang ada.
Penetuan tahapan
perkembangan (bersifat fluktuatif dan mampu berubah):
Tahap I (0-10
tahun) : Perilaku lahiriyah
Tahap II (11-15
tahun) : Perilaku berkesadara
Tahap III (>15
tahun) : Kontrol internal dan perilaku
Memahami
Ambivalensi Kejiwaan Manusia
Ambivalensi
yaitu dua garis jiwa yang berbeda, bahkan berlawanan tetapi saling berhadapan.
Fungsi ambivalensi dalam pengarahan dan pembentukan perilaku manusia :
1.
Merekatkan
sisi-sisi kepribadian manusia tetap utuh
2. Memperluas wilayah kepribadian
manusia dengan tetap menjaga pusat keseimbangannya.
3.
Menjaga
dinamika perkembangan jiwa manusia.
Korelasi antara
ambivalensi yaitu :
1.
Ambivalensi
kejiwaan dengan kepribadian (Muncul garis-garis jiwa yang diakhiri dengan
menguatnya satu garis dominan yang membentuk kepribadian)
2.
Ambivalensi
kejiwaan dengan kesehatan mental (Kesehatan mental yang baik diraih ketika
seseorang mampu mengharmonisasikan garis jiwa yang ada pada diri dengan mental
dirinya)
Memenej ambivalensi
kejiwaan :
1.
Bersihkan
garis jiwa dari pengaruh buruk dan negatif
2. Tentukan arah bagi garis-garis
jiwa tersebut
3.
Munculkan
ide dan gagasan dari kejelasan garis jiwa yang telah terarah
Akhlak
dan Kepribadian
Kepribadian terbentuk setelah melalui proses :
1.
Adanya nilai yang diserap seseorang
dari berbagai sumber, mungkin agama, ideologi, dan sebagainya
2. Nilai
membentuk pola pikir seseorang yang secara keseluruhan ke luar dalam bentuk
rumusan visinya
3. Visi
turun ke wilayah hati dan membentuk suasana jiwa yang secara keseluruhan keluar
dalam bentuk mentalitas
4. Mentalitas
mengalir memasuki wilayah fisik dan melahirkan tindakan yang secara keseluruhan
disebut sikap
5.
Sikap yang dominan dalam diri
seseorang secara kumulatif mencitrai dirinya adalah kepribadian
Pengembangan
Akhlak dan Karakter
1. Terapi kognitif
Cara yang paling efektif untuk memperbaiki karakter dan mengembangkannya adalah dengan memperbaiki cara berfikir
Langkah :
a. Pengosongan, berarti mengosongkan benak kita dari berbagai bentuk pemikiran yang salah, menyimpang, tidak berdasar, baik dari segi agama maupun akal yang lurus.
Cara yang paling efektif untuk memperbaiki karakter dan mengembangkannya adalah dengan memperbaiki cara berfikir
Langkah :
a. Pengosongan, berarti mengosongkan benak kita dari berbagai bentuk pemikiran yang salah, menyimpang, tidak berdasar, baik dari segi agama maupun akal yang lurus.
b. Pengisian,
berarti mengisi kembali benak kita dengan nilai-nilai baru dari sumber
keagamaan kita, yang membentuk kesadaran baru, logika baru, arah baru, dan
lensa baru dalam cara memandang berbagai masalah
c. Kontrol, berarti kita harus mengontrol pikiran-pikiran baru yang melintas dalam benak kita, sebelum berkembang menjadi gagasan yang utuh
d. Doa, berarti bahwa kita mengharapkan unsur pencerahan Ilahi dalam cara berfikir kita
2. Terapi mental
Warna perasaan kita adalah cermin bagi tindakan kita. Tindakan yang harmonis akan mengukir lahir dari warna perasaan yang kuat dan harmonis
Langkah :
a. Pengarahan, berarti perasaan-perasaan kita harus diberi arah yang jelas, yaitu arah yang akan menentukan motifnya. Setiap perasaan haruslah mempunyai alasan lahir yang jelas. Itu hanya mungkin jika perasaan dikaitkan secara kuat dengan pikiran kita
b. Penguatan, berarti kita harus menemukan sejumlah sumber tertentu yang akan menguatkan perasaan itu dalam jiwa kita. Ini secara langsung terkait dengan unsur keyakinan, kemauan, dan tekad yang dalam yang memenuhi jiwa, sebelum kita melakukan suatu tindakan.
c. Kontrol, berarti kita harus memunculkan kekuatan tertentu dalam diri yang berfungsi mengendalikan semua warna perasaan diri kita
d. Doa, berarti kita mengharapkan adanya dorongan Ilahiyah yang berfungsi membantu semua proses pengarahan, penguatan, dan pengendalian bagi mental kita
3. Perbaikan fisik
Sebagaimana ahli kesehatan mengatakan bahwa dasar-dasar kesehatan itu tercipta melalui perpaduan yang baik antara tiga unsur :
c. Kontrol, berarti kita harus mengontrol pikiran-pikiran baru yang melintas dalam benak kita, sebelum berkembang menjadi gagasan yang utuh
d. Doa, berarti bahwa kita mengharapkan unsur pencerahan Ilahi dalam cara berfikir kita
2. Terapi mental
Warna perasaan kita adalah cermin bagi tindakan kita. Tindakan yang harmonis akan mengukir lahir dari warna perasaan yang kuat dan harmonis
Langkah :
a. Pengarahan, berarti perasaan-perasaan kita harus diberi arah yang jelas, yaitu arah yang akan menentukan motifnya. Setiap perasaan haruslah mempunyai alasan lahir yang jelas. Itu hanya mungkin jika perasaan dikaitkan secara kuat dengan pikiran kita
b. Penguatan, berarti kita harus menemukan sejumlah sumber tertentu yang akan menguatkan perasaan itu dalam jiwa kita. Ini secara langsung terkait dengan unsur keyakinan, kemauan, dan tekad yang dalam yang memenuhi jiwa, sebelum kita melakukan suatu tindakan.
c. Kontrol, berarti kita harus memunculkan kekuatan tertentu dalam diri yang berfungsi mengendalikan semua warna perasaan diri kita
d. Doa, berarti kita mengharapkan adanya dorongan Ilahiyah yang berfungsi membantu semua proses pengarahan, penguatan, dan pengendalian bagi mental kita
3. Perbaikan fisik
Sebagaimana ahli kesehatan mengatakan bahwa dasar-dasar kesehatan itu tercipta melalui perpaduan yang baik antara tiga unsur :
a. Gizi makanan yang baik
dan mencukupi kebutuhan
b. Olahraga yang teratur dalam kadar yang cukup
c. Istirahat yang cukup dan memenuhi kebutuhan relaksasi tubuh
b. Olahraga yang teratur dalam kadar yang cukup
c. Istirahat yang cukup dan memenuhi kebutuhan relaksasi tubuh
Komentar