Ghaudzhul Bashar

Bismillahirrahmanirrahim

*Review for Tausyiah*


قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا مَا ظَهَرَ مِنْهَا

Artinya : 
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya.” (QS. An-Nuur : 30-31)

Abdullah bin Muslim al-‘Ajali menceritakan bahwa di kota Mekkah ada seorang laki-laki yang mempunyai istri yang cantik jelita. Pada suatu hari, sang istri berkaca dan memperhatikan wajahanya yang cantik jelita itu. Lalu, ia berkata kepada suaminya, “Menurut kamu, adakah seseorang yang tidak tergoda dan tertarik ketika melihat wajahku yang cantik ini?” Sang suami berkata, “Ada.” Sang istri berkata, “Siapa?” Sang suami menjawab, “Ubaid bin Umair.” Sang Istri berkata, “Kita buktikan, izinkan aku untuk merayu dan menggodanya.” Sang suami berkata, “Baiklah aku izinkan kamu.”

Kemudian sang istri pergi menemui Ubaid bin Umair dengan berpura-pura ingin meminta fatwa dan bertanya tentang suatu masalah. Lalu Ubaid bin Umair mengajak ke salah satu sisi Masjidil Haram.

Namun tiba-tiba si wanita terebut membuka tutup wajahnya. Sehingga, terlihatlah wajahnya yang cantik jelita bak belahan purnama. Ubaid bin Umair pun kaget dan spontan berkata, “Celaka kamu wahai hamba Allah!” Si wanita berkata, “Sesungguhnya aku telah tergoda dan tertarik kepada kamu. Karena itu, tolong pertimbangkan keinginanku ini.”

Ubaid bin Umair berkata, “Aku akan mengajukan kepadamu beberapa pertanyaan. Jika kamu mau menjawabnya dengan jujur, maka aku akan pertimbangakan keinginanmu ini.” Si wanita berkata, “Kamu tidak melontarkan pertanyaan kepadaku kecuali akan aku jawab dengan jujur.”

Kemudian Ubaid bin Umair berkata, “Katakan kepadaku dengan jujur. Jika sekarang malaikat maut datang dan mencabut nyawamu, apakah kamu senang jika sekarang aku memenuhi keinginanmu ini?” Si wanita berkata, “Tentu saja tidak.”

Lalu Ubaid bin Umair berkata, “Bagus, berarti kamu memang jujur. Ingatlah tatkala semua makhluk dihidupkan kembali pada hari kiamat untuk menerima buku catatan amal mereka masing-masing. Dan, kamu sendiri tidak tahu apakah kamu akan menerima buku catatan amal kamu dengan tangan kanan atau kiri. Apakah kamu senang jika aku memenuhi kenginanmu ini?” Si wanita menjawab, “Tentu saja tidak.”

Ubaid bin Umair berkata, “Bagus, kamu menjawab dengan jujur. Ketika datang waktu penimbangan amal, lalu kamu tidak tahu apakah timbangan amal kebaikanmu lebih berat atau lebih ringan. Apakah kamu senang jika aku memenuhi keinginanmu ini?” Si wanita menjawab, “Tentu saja tidak.”

Kemudian Ubaid bin Umair berkata, “Bagus, kamu menjawab dengan jujur. Lalu, ingatlah ketika kamu dihadapkan kapada Zat Yang Maha Adil untuk diadili. Apakah kamu senang jika aku memenuhi keinginanmu ini?” Si wanita menjawab, “Tentu saja tidak.”

Ubaid bin Umair berkata, “Bagus, kamu menjawab dengan jujur.” Lalu, ia berkata lagi kepadanya, “Hai hamba Allah, takutlah kamu kepada-Nya. Karena sesungguhnya Allah telah memberi karunia dan nikmat kepada kamu.”

Lalu, si wanita tadi pun kembali ke rumahnya. Setelah tiba di rumah sang suami langsung bertanya kepadanya, “Apa yang telah kamu perbuat terhadapnya (Ubaid bin Umair)?” Si Si istri menjawab, “Kamu memang orang yang hina, kita berdua memang benar-benar orang yang hina.”

Setelah kejadian itu, si istri berubah total. Sehari-harinya ia hanya disibukkan dengan shalat, puasa, dan ibadah-ibadah yang lainnya. Sehingga, suaminya menggerutu kesal dan berkata, “Celaka aku, apa sebenarnya yang telah dilakukan Ubaid bin Umair terhadap istriku sehingga berubah seperti sekarang ini. Dahulu setiap malam istriku bertingkah bak pengantin baru, tapi sekarang Ubaid bin Umair telah mengubahnya menjadi seorang rahib (orang ahli ibadah).”
(Ibnul Jauzi, Dzammul Hawaa, hlm. 265,266.)

RasuluLlah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya):
Pandangan mata adalah panah beracun dari iblis. Siapa yang meninggalkan karena takut kepada Allah, maka Allah akan memberikannya keimanan yang dirasakan kenikmatannya dalam hati.”

(HR Hakim, Thabrani, dan Baihaqi, diambil dari buku “Menahan Pandangan Menjaga Hati” (Ghadhdhul Bashar) karya Abdul Aziz al-Ghazuli, terbitan Gema Insani Press)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unintentional Supply

Essential of Love

Resensi buku "Membentuk Karakter Cara Islam"