Mental Korban dan Mental Instan
Kata-kata Bupon di Anniv KIMI 2018 hari ini, bahwa untuk menghilangkan mental korban dan mental instan itu butuh perjuangan berat.
Aku juga berpendapat sama, karena memang kedua mental ini seperti menghancurkan. Menghancurkanku dari dalam, dari mindset, behave, and almost everything. Hubunganku dengan orang terdekat jadi terganggu, kewajibanku mengayomi yang lebih jadi terusik dan jatuh pada antipati daripada simpati.
Sebenarnya suamiku salah seorang yang ngelopekin kurangnya diriku ini. Ia bilang aku saat ini sudah sangat sangat hancur, hancur dibandingkan diriku yang dulu karena :
Doi sampai marah berkali-kali hingga memperlakukanku dengan buruk, bentakkan karena alasan sensi melihatku tidak berguna.
Awalnya aku merasa sedih, hancur dan merasa tidak berguna (mental korban). Namun kemudian, aku mampu menerimanya. Seniorku pun berkata dengan kata-katanya yang terstruktur, tulus dan intelek, yang mampu menyentuh hati dan mindset berfikirku. Ia memang idolaku, baik dalam bersikap kepada orang lain, membangun hubungan, menciptakan citra positive juga dalam produktifitas. Aku ingin sekali memiliki putra seperti itu, tegas, cedas namun lembut dan menyenangkan. Aura positive selalu menaunginya, semoga ia selalu diberkahi Allah SWT didunia dan akhirat.
Jadi resolusiku di 2019, aku harus MEMAKSAKAN DIRI & PRODUKTIF. Aku mengazamkan dalam hati untuk menolak diri tidak mencapai achivement apapun dalam 1 hari.
Resolusiku 2019 :
Aku juga berpendapat sama, karena memang kedua mental ini seperti menghancurkan. Menghancurkanku dari dalam, dari mindset, behave, and almost everything. Hubunganku dengan orang terdekat jadi terganggu, kewajibanku mengayomi yang lebih jadi terusik dan jatuh pada antipati daripada simpati.
Sebenarnya suamiku salah seorang yang ngelopekin kurangnya diriku ini. Ia bilang aku saat ini sudah sangat sangat hancur, hancur dibandingkan diriku yang dulu karena :
- Karakter apatis
- Mental korban dan instan
- Persistent dalam unproductive activity
Doi sampai marah berkali-kali hingga memperlakukanku dengan buruk, bentakkan karena alasan sensi melihatku tidak berguna.
Awalnya aku merasa sedih, hancur dan merasa tidak berguna (mental korban). Namun kemudian, aku mampu menerimanya. Seniorku pun berkata dengan kata-katanya yang terstruktur, tulus dan intelek, yang mampu menyentuh hati dan mindset berfikirku. Ia memang idolaku, baik dalam bersikap kepada orang lain, membangun hubungan, menciptakan citra positive juga dalam produktifitas. Aku ingin sekali memiliki putra seperti itu, tegas, cedas namun lembut dan menyenangkan. Aura positive selalu menaunginya, semoga ia selalu diberkahi Allah SWT didunia dan akhirat.
Jadi resolusiku di 2019, aku harus MEMAKSAKAN DIRI & PRODUKTIF. Aku mengazamkan dalam hati untuk menolak diri tidak mencapai achivement apapun dalam 1 hari.
Resolusiku 2019 :
- Melakukan apa saja dan merubah mindset : mental korban dan instant (delusional success future) tanpa usaha dan pengorbanan
- Allah tujuanku, tanamkan dalam benak dan terapkan Self-Awareness dalam rencana dan achivement. Lupakan cibiran orang lain
- Caring is need (menolong orang lain adalah kebutuhan) jadi jangan sampai ragu untuk menolong kesulitan orang lain
- Investasi masa depan dan akhirat (rajin kajian, streaming, baca buku, waktu belajar >3 jam sehari)
Komentar