Managemen Hati

بسم الله الرحمن الرحيم

Mhm..
Iseng liat blog gengku yang ammah, ternyata isinya wow sekali..
Hampir sebagian besar yang punya 'pacar' bulis tentang pacaran mereka, perasaan mereka ke pacar..
Padahalkan kata ustadz Al-Ghazali di bukunya Ihya Ulumuddin disebutkan bahwa,
Perasaan kepada lawan jenis yang belum halal derajatnya maka tergolong kepada zina hati. Karena perasaannya diungkap-ungkapkan, dirasakan terus menerus setiap hari, selalu ingat lawan jenis tersebut dan hal tersebut dilakukan sebelum menikah, maka hal tersebut dilarang dalam islam.
Setelah membaca buku itu, saya sadar bahwa 'perasaan' yang belum halal tersebut (menyukai lawan jenis yang belum halal) adalah dilarang dan tidak baik melakukannya. Beliau juga menyebutkan alasannya,
 Karena rasa ketertarikan tersebut belum berada dalam perintah Allah, maka akan mudah sekali dikendalikan oleh syetan, justru akan menjauhkan kita dari mengingat Allah dan dapat membuat kita futur (turunnya keimanan) serta ketaatan beribadah pun akan berkurang
Nasihat Imam Al-Ghazali ini begitu tepat untukku. Acapkali aku pun pernah merasakan rasa ketertarikan kepada lawan jenis, namun ketika perasaan itu justru mengendalikanku, maka kekhusuan shalatku turun drastis, ketaatan dalam ibadah lainnya pun terjadi seperti itu. Ketika sadar aku segera beristigfar kepada Allah. Hal yang aku alami ini pasti terjadi pada orang-orang yang berlebihan dalam merasakan rasa ketertarikan atau bahkan pacaran dengan jelasnya.

Kadang aku heran, ada beberapa orang yang aku tau ia berpacaran, namun tak merasa berdosa jika harus menyentuh lawan jenisnya itu atau berbicara begitu halus padanya, memberi perhatian yang luar biasa melebihi kedua orang tuanya, bersikap layaknya pasangan suami istri. Padahal jelas, mereka belum menikah dan semua tindakannya belum halal dihadapan Allah SWT.

Walaupun kini pasangan yang berpacaran semakin membanjiri cafe-cafe, tempat-tempat nongkrong atau tempat sepi, innalillahi. Apakah mereka yang menyatakan dirinya pacaran tidak sedikitpun merasa takut berdosa atau malu kepada Allah?

Kini aku menggali seribu satu cara untuk mengendalikan hati. Seorang ustadz, guru bahasa arabku berkata,
Qalbu (hati) secara harfiah memiliki arti yaitu sesuatu yang bolak balik dengan sangat cepat atau secara maknawi adalah keadaan yang mudah berubah begitu saja dengan sangat cepat. Maka sulit untuk qalbu ini tetap tenang atau damai tanpa berubah-ubah tak terkendali, kecuali dengan selalu mengingat Allah.
Kesekian kalinya aku mendapatkan percikan keimanan. Beliau menjelaskan begitu rinci dan jelas bahwa hati manusia sangat tak terkendali jika hanya dikendalikan oleh hawa nafsu pribadi atau keinginan pribadi atau bahwa disetir oleh kehendak syetan, innalillahi. Maka dari itu ketika sesekali muncul rasa ketertarikan kepada seseorang, aku selalu berusaha mempertimbangkannya, apakah perasaan yang saya rasanya kadarnya sedang atau berlebihan. Dampaknya tentu pada ketaatanku pada Allah dan intensitasku untuk selalu mengingat Allah agar tidak terkurangi atau terkotori dengan hal lain. Wallahu'alam bissawab.

Pesanku untuk para wanita..

Kendalikan perasaanmu, jangan begitu mudah engkau jatuhkan ia di tempat yang salah, dalam kondisi yang belum sah bagimu dan dirinya. Karena rasa cintamu itu seharusnya diutamakan untuk Allah SWT, Tuhan yang paling mencintaimu lebih dari siapapun juga.

Jika memang keinginanmu pada dirinya begitu menggebu, maka berdo'alah kepada Allah untuk segera mempersatukan kalian di jalan pernikahan. Namun jika ia merasa tak sanggup untuk meminangmu, maka lepaskanlah perasaan itu, karena masih ada laki-laki lain yang lebih bernyali dan lebih baik dari dirinya. 

Jangan sia-siakan perasaanmu, pengorbananmu dan waktumu yang berharga untuk sesuatu yang tak pasti. Tiada jaminan bahwa engkau termasuk dalam rencana masa depannya, cita dan cintanya tidak terikat oleh apa yang engkau rasakan atau apa yang engkau inginkan darinya.

Sesal kemudian akan percuma, lebih baik mulailah untuk dapat bersikap lebih bijak, lebih yakin kepada Allah dan pada janjinya bahwa jodoh telah Ia tetapkan di lauful mahfuz. Kekhawatiranmu akan jodoh itu hanya akan membuat Allah sedih, karena harapanmu hanya bergantung pada ciptaannya, bukanlah Sang Penciptanya yang mengetahui dengan sangat tentang perasaannya, takdir dan rizkinya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unintentional Supply

Essential of Love

The Pure Love