Ujian Ketaatan

بسم الله الرحمن الرحيم 

          Hari ini tiga agenda yang menanti. Kupikir seharusnya lebih pagi lagi bisa kupergi, tapi akhirnya tetap tidak bisa. Bukan sekedar sakit gigi karena behel yang baru dikencengin, tapi juga keengganan hati untuk pergi karena khawatir menerima sikap ketidakbaikan dari seseorang yang sedang kacau dan kebetulan aku mendatanginya, maka kekacauannya menular padaku.
          Satu alasan yang pasti, aku sangat benci dibenci orang dianggap tak berarti dan tak didengarkan sedikitpun, walaupun seandainya penting. Tapi hari ini aku banyak mendapat nasehat berharga dan sadar bahwa masih ada pihak-pihak yang mau mendukungku dengan segala ego pribadi ini.
          Ego pribadi, ya bersifat sangat pribadi hingga jarang kuungkapkan bahkan seandainya itu baik untuk mereka. Seringkali sikap ini justru direspon buruk, entah karena memang caraku yang salah atau karena hal lain. Astagfirullahal'adzin. Sebenarnya aku jadi ingat, hal inilah (masalah sosial) yang membuat aku terpuruk pada semester awal perkuliahan. Tapi pada akhirnya aku menemukan solusi logis, aku sadar betapa komentar orang lain itu bersifat sangat global, baik atau buruk, rasanya akan tertekan jika hanya berpusat pada komentar orang lain. Kemudian yang aku lalukan hanya melaksanakan tugasku dengan baik dan menjadikan opini orang lain sebagai perbaikan untukku.
           Sebuah nasehat menyebutkan dalam do'a, "Ya Allah semoga sangkaan mereka terhadapku lebih baik dibandingkan keadaanku yang sebenarnya dan semoga keburukan yang mereka lakukan padaku dapat menjadi kifarat bagi dosa-dosaku selama ini". Do'a sederhana yang membuatku tergugah, ya benar, orang lain tidak sangat mengenalku bahkan tidak tahu apapun tentangku baik ataupun buruk. Mengapa harus aku pusingkan semua itu? Nasehat selanjutnya yaitu agar menjadi diri sendiri dan terus menjaga interaksi dengan Allah, mendalami kedekatan dengan Allah Sang Maha Membolak-balikkan hati termasuk hati orang-orang disekelilingku. Adik kelasku mengingatkan pula bahwa, jika ada masalah yang terjadi pada hubungan antar manusia maka evaluasi kembali seberapa jauh hubungan kita dengan Sang Maha Pencipta, karena Ia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Maka janganlah bersedih atau bimbang dengan hanya sekedar opini orang lain. Hidup ini pun tidak ditentukan seberapa pendukung kita, tapi seberapa besar kedekatan kita kepada Allah. Tetapi fokus utama bukan dunia, tapi syurga Allah semata. Karena syurga itu dibayar dengan sangat mahal, dengan ikhtiar, istiqomah dan do'a yang sungguh-sungguh.
           Kelemahan saya yang seringkali memberatkan dan menjatuhkan ketika sedang bergerak dan berlari yaitu ego dan hawa nafsu. Nafsu dan ego seringkali mengalahkan akal sehat dan perintah Allah yang seharusnya dita'ati. Maka mulai sekarang saya akan memperbaiki nafsu dan ego saya agar tercapai kedekatan dengan Allah yang sebenar-benarnya, bukan bertujuan meraih kenyamanan dunia, bukan bertujuan meraih kepercayaan orang lain, tapi kedekatan dengan Allah itu adalah suatu hal yang pasti kewajibannya. Karena apalah arti sebuah jasad tanpa ruh, ruh yang senantiasa dilindungi dan mencinta Sang Maha Pencipta, Allah SWT.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unintentional Supply

Essential of Love

Resensi buku "Membentuk Karakter Cara Islam"