Cita-cita Besar Kita Kini

بسم الله الرحمن الرحيم
Terinspirasi dari grup whatsapp 'munakahat kece' produksi relasi teman smp. Ide yg sangat brilian menurutku, karena pada umumnya tuntutan dakwah ikhwah adalah amanah. Pada beberapa kasus justru dominasi oleh tuntunan bukan tuntunan.

Sebagian orang mungkin berfikir, ada saatnya kita dituntun dan kemudian di tuntut atas apa yang kita pelajari dan fahami sebelumnya. Namun itu, kaderisasi setingkat kampus mungkin mengalami masa-masa itu. Namun apa terjadi pula ketika telah memasuki jenjang pernikahan, berkeluarga, lingkungan masyarakat atau kepemudaan. Sejauh yang saya amati hingga kini, masih jarang pembinaan dalam lingkup tema khusus seperti parenting.

Sejenak berfikir, alangkah baiknya jika terbagi masa tarbawi itu menjadi tingkat sekolah (sd,smp,sma), perguruan tinggi, keluarga dan setingkat pimpinan-pimpinan. Ketika keseluruhannya mampu secara teritegrasi berproses dan terbangun dengan baik, maka insya Allah upaya 'menshalehkan' bangsa akan tercapai.

Bukan impian muluk-muluk atau karbitan, karena terbukti di beberapa desa di pedalaman Subang (tempat kkn saya dulu), sudah terbentuk masyarakat yang religius disana, sering diadakan pengajian, kerja bakti dan kegiatan sosial. Menurut saya ini langkah yang potensial dalam meraih keseimbangan. Islam pun mengajarkan kita untuk mampu seimbang dalam berbagai hal, tidak berlebihan atau justru tak berusaha.

Alasan utama tarbawi di tingkat keluarga adalah berharap agar 1 keluarga yg terbina mampu menuntun minimal 4 keluarga di sekitarnya. Satu hal yang jadi point penting yaitu, pendidikan pertama, karakter anak bangsa dan harapan-harapan besar akan terlahir dari sebuah keluarga. Jika keluarga tersebut mampu secara profesional menghasilkan anak-anak yang cerdas akal serta spiritual maka insya Allah penyimpangan yang kini marak terjadi dapat diminimalisasi.

Sebuah buku tentang membangun keluarga menyadarkanku tentang pentingnya perencanaan berkeluarga sejak dini, proses persiapan, pembelajaran yang matang hingga mampu mendidik cikal bakal kebangkitan bangsa karena sdmnya.

Semoga aspirasi saya didengar oleh keluarga, orang tua, tua dan muda di mana pun. Bahwa cita-cita 'membentuk keluarga' itu jangan dijadikan opsi kesekian dari cita-cita kita kini, karena di negeri seberang sana seperti Australia, Eropa dan Amerika justru lebih mendahulukan karir, ambisi atau hal lain. Hal ini terbukti dari semakin menurunnya jumlah bayi yang lahir dari penduduk asli disana.

Kalo boleh cerita sih, temanku yang pernah melakukan pertukaran pelajar mengatakan bahwa, visi dan misi negara barat kini adalah meningkatkan jumlah penduduknya dan memperluas penyebaran budaya serta bahasa. Tak heran jika beasiswa yang ditawarkan di Australian diperuntukkan bagi wanita yang belum menikah. Informasi ini bukan sekedar cerita atau ngarang-ngarang, karena pada kenyataannya yang yerjadi disana yaitu menghindari pernikahan atau berkeluarga.

Berbeda dengan bangsa Asia atau Timur tengah, berkeluarga adalah hal yang wajar, lumrah dan legal. Sedangkan hubungan yang selainnya secara berlebihan dianggap tabu dan ilegal. Mungkin ada beberapa negara yang sudah melegalkan kedzaliman seperti hubungan antar sesama jenis.

Pembahasannya jadi luas meluas gini, maaf.. maaf..

Contohnya zionis israel mendidik bangsanya dengan rencana kedzaliman yang luar biasa testruktur dengan profesional. Hingga bangsanya kini menjadi petinggi di dunia Internasional dan telah menskenariokan jutaan konspirasi sedunia. Kini hampir sebagian besar negara telah menjadi kaki tangan mereka anak kandung kedzaliman dan kesesatan.

Jadi yang biaa dan harus kita lakukan kini, membangun kekokohan rumah tangga sehingga terjadi kerja sama efektif dengan pasangan, untuk mendidik dan menanamkan nilai-nilai keislaman serta kemanusiaan. Sebutlah jalan ini sebagai ikhtiar kecil mencegah kemungkaran di muka bumi, insya Allah.

Wallahu'alam bissawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unintentional Supply

Essential of Love

The Pure Love