MRS.COMPLAIN

بسم الله الرحمن الرحيم

Complain or mengeluh, sering banget kita dengar dimanapun, siapapun dan kapanpun. Termasuk diriku sendiri yang juga sering mengeluh bahkan tak sadar saat sedang mengeluh.

Akhir-akhir ini ku mengeluhkan masalah repot dan pusingnya mengurus anak-anak. Lelah dengan teriakan, bentakan serta amukan saat ia marah. Namun ku dapat berita yang begitu memilukan. Salah satu teman kami di grup qoster telah mengalami 2 kali miscarriage atau keguguran. Entah alasannya apa, yang pasti akan sangat berat bagi kesehatan psikis dan fisik pasangan suami istri tersebut. Serasa diingatkan dengan tegas oleh Allah tentang karunia buah hati ini. Betapa karunia anak itu merupakan suatu karunia yang luar biasa besar dan berharganya bagi pasangan. 

Padahal baru beberapa jam lalu, 

aku mengeluh, 

anak-anak suka membentak dan mengamuk
anak-anak tidak mau menuruti apa mauku
anak-anak lambat dalam mengerjakan aktivitas sehari-hari
anak-anak sulit diajak untuk belajar
anak-anak hanya mau menonton saja
anak-anak makan dengan berantakan
anak-anak berantem setiap saat
anak-anak tidak mau pipis sendiri
anak-anak sering minta disuapi saja setiap makan
anak-anak sering berganti-ganti baju
anak-anak susah diajak mandi dan tidur sendiri
anak-anak pilih-pilih makanan
anak-anak susah diam dan selalu ingin bermain sampai malam
anak-anak selalu ingin mengikuti apa yang dilakukan dan dipakai orangtua
anak-anak masih sulit bertanggung jawab terhadap barang pribadinya sendiri

Lalu dapat berita, temanku jatuh bangun dan berurai air mata darah untuk mendapatkan satu buah hati yang selama ini ia idam-idamkan.

Sekurang ajar itu diriku dihadapan Allah Yang Maha Pengasih, 

Dengan kasih sayangnya, ia memberikanku kesempatan menjadi seorang istri. Kemudian seorang ibu dari bayi kembar dan anak kedua yang lahir dengan sempurna dan sehat. Malu aku begitu malu rasanya.

Ketika dititipkan bayi kembar, aku berharap bisa melahirkan spontan, namun ternyata caesarea. Lagi-lagi

aku mengeluh,

Diberikan suami yang cukup open minded dan begitu komunikatif, meskipun kurang peka dan kurang hangat. Keluarga suami yang cukup pengertian dan tidak banyak ikut campur. Membuatku merasa tinggi, merasa bahwa kondisi kini tidak sesuai untukku. Tanpa sadar aku telah, SOMBONG, dihadapan Allah.

Diberikan mertua yang begitu bijaksana, to the point dan tidak baperan. Membuatku tinggi dan lupa untuk bersyukur kembali. Lupa untuk melihat dunia dengan kacamata syukur yang seharusnya berkali-kali lipat daripada orang lain. 

Diberikan anak kedua dengan begitu mudahnya, tanpa menunggu, setelah lepas iud. Allah titipkan kembali nyawa janin yang kini telah lahir dengan sehat dan selamat. Melalui proses persalinan caesarea. Lagi-lagi

aku mengeluh,

Merasa menyesal karena telah datang ke rs lebih awal sehingga dipecahkan air ketuban diawal dan merasa kecewa setelah mengalami kesakitan yang luar biasa saat kontraksi hingga pembukaan 8. Namun tidak jadi lahiran spontan dan harus di caesarea kembali.

Padahal bayi bisa lahir dengan selamat, dengan kondisi yang utuh sempurna tanpa kekurangan apapun. Tangisan bayi sehat yang terdengar dan proses operasi yang lancar. Paska operasi juga pemulihannya 1/2 kali lebih cepat dibandingkan caesarea diawal. Alhamdulillah.

Ku ingin muhasabah mengenai kasih sayang Allah yang tiada bertepi. Begitu luas dan Maha Besarnya Allah dalam menyayangi hambanya. Namun akhirnya aku sadar, bahwa ujianku adalah ujian SYUKUR.

Bagaimana ku bisa bersyukur dikala berlimpah karunia Allah. Disaat orang lain begitu syukur melalui amal kebaikan yang berlimpah ruah. Aku diuji Allah untuk menyadari karunia Allah dan berhenti bersikap sombong dengan mengeluh dan mulai bersyukur dengan sungguh-sungguh.

Alhamdulillah, rasanya hari ini aku mendapatkan hidayah untuk menyadari betapa berlimpahnya karunia Allah bagiku. Lantas masih merasa kurangkah keadaanku kini? untuk mengabdi lebih? untuk lebih menyayangi dan mengasihi putri-putriku yang berharga?

Hari ini, aku mengazamkan diri untuk ingat SYUKUR dalam keseharianku hingga aku mati.

Peluhku,

Lelahku,

Air mataku,

Rasa sakitku,

Waktuku,

Kehidupanku,

Keluargaku,

Diriku, 

Aku serahkan hanya kepada Allah, yang memberi segalanya bagiku. Semua yang aku miliki di dunia adalah miliki Allah dan aku harus menerima hal itu dengan kesadaran penuh. Sehingga asam manis pahitnya adalah bentuk rasa syukurku telah menerima itu semua dariNya. Aku khawatir, kekecewaanku yang berlebihan, keluh kesahku yang tiada akhir menjadikanku manusia yang kufur (sulit bersyukur). Nauzubillah kearah sombong dihadapan Allah Yang Maha Kuasa.

Tausyiah Ustadz Adi Hidayat menyadarkanku betapa, perasaan yang terdalam terkadang tidak kita sadari menjadi bagian dari 'kesombongan' terselubung. Keberadaannya sulit dilacak, namun ada dan terasa, namun abstrak untuk dilabeli kesombongan. Astagfirullahal'adzim.

Kata ustadz, 'merasa ingin dihargai' juga bagian dari kesombongan. 

Artinya, saat mengabdi, sebagai hamba, sebagai istri, sebagai ibu, sebagai anak. Jika threshold untuk merasa diapresiasi, direspect dan dinotice itu berlebihan. Maka hati-hati akan jatuh pada kesombongan yang tiada tara. Karena sifat kesemuanya itu yang paling pantas dilabeli adalah Allah. Pencipta kita yang paling agung.

Anak-anakku,

Entah sampai kapan Allah ridha' untuk menitipkan kalian padaku. Namun hingga saat itu, izinkanlah aku, manusia berlumur dosa ini untuk membesarkan, mengasihi, menyayangi dan mendidik kalian menjadi hamba Allah yang bertaqwa. Izinkan aku menyayangi kalian dan mengumpulkan berbagai harapan terbaik bagi kalian di dunia juga di akhirat.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unintentional Supply

Essential of Love

The Pure Love