Emosi Sesaat

Lagi-lagi karena emosi sesaat, keinginan untuk diterima diperhatikan lebih. Menyebabkan keluar kata-kata menyakitkan.

Tetiba materi pertama bunda sayang #4 adalah komunikasi produktif. Katanya, nalar & emosi itu berkebalikan. Memang, itu yang saya rasakan kemarin malam.

Meski yang ditangkap akhirnya jauh lebih menyakitkannya. Padahal karena kelemahan saya menyusun kata terbaik agar terdengar tidak menghakimi.

Innalillahi wa innailaihi rajiun. Saya mengingat-ingat kembali masa lalu yang saya sia-siakan dengan tidak memperlakukan orang lain sebaik mungkin. Saya kurang menghargai dan menjaga kedekatan sehingga tidak memiliki teman yang benar-benar dekat. Sedih.

Lalu baru saja tadi malam saya melakukan kesalahan kepada suami. Emosi saya terpercik ketika sekali lagi saya mendengar kata-katanya. JIJIK karena keegoisan saya yang taunya hanya meminta, tidak menuruti.

Kata tersebut memang terasa begitu berlebihan menurut saya, tapi bisa digunakan kata 'nyebelin' atau 'gemesin'. Memang suami sering kali pakai kata-kata ekstrim seperti saya. Disitulah saya rasa kami memiliki persamaan, persamaan bisa menyakiti orang dengan kata-kata.

Miris memang, tapi saya aja mencoba belajar dan sedikit bicara. Jikalau pun harus bicara, saya akan mengulang-ulangnya 3x lebih diotak saya agar menjadi kalimat yang penuh tanggung jawab dan nyaman didengar.

Keinginan untuk memiliki kemampuan komunikasi produktif sangat ingin saya miliki, karena pertengkaran kami dimulai dengan pemilihan diksi yang keliru. Lagi-lagi tentang itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unintentional Supply

Essential of Love

Resensi buku "Membentuk Karakter Cara Islam"