Catatan kajian manajemen konflik

Alhamdulillah di IG sedang ada live manajemen konflik dengan ustadz Cahyadi Takariawan.

Beliau memberikan 7 cara menghadapi konflik. Beliau menasehati bahwa jangan memulai mengkritik pasangan, apalagi sampai mengkritik kepribadian, karakter, keputusan, dsb. Meskipun aku telah mengalami itu semua, aku sudah sering dikritik, bukan dinasehati. Aku sering mengalami penghinaan-penghinaan dari usahaku yang diremehkan olehnya, pengorbanan yang diremehkan olehnya, sampai pada keputusan yang diremehkan olehnya. Hampir semua pemikiran ku dikritik pedas dan sadis.

Dia sama sekali mengesampingkan cara menasehati dengan cara yang baik, katanya jika aku hanya dinasehati tidak akan berpengaruh atau tidak didengar, begitu anggapannya, padahal tidak.

Dan yang paling urgen adalah jika membicarakan masalah visi, ia akan menghindar, defense dan mengatakan bahwa dia sudah lama menyerah dan tidak lagi memperdulikannya. Padahal meskipun aku belum menentukan cita-cita dunia tertinggi, namun aku memiliki cita-cita akhirat, yaitu menggapai ridho' Allah dan mencapai surgaNya. Ia bahkan tidak perduli tentang mempertahankan hubungan dan komunikasi, diulang-ulang kembali aku telah menyakitinya dulu, jadi ia sudah tidak perduli lagi dengan keinginanku memperbaiki hubungan dan komunikasi. Defense dan defense selalu ia tunjukkan.

Padahal jika difikirkan, aku tidak pernah mengkritiknya sampai pada pemikiran apalagi keputusan, apalagi menjelekkan-jelekkannya, rasanya aku tidak sejahad itu sampai tega melakukannya. Seperti ia melakukannya kepadaku tanpa rasa bersalah.

Anggaplah ia sebagai ujian kesabaran terbesarku. Bahkan saat aku meminta perlindungan dan pengayoman, ia kembali menyerang dengan kritikan pedas dan menyalahkan bahwa semua terjadi karena ulah diriku lagi. Semua keluh kesahku dilemparkan kembali padaku dengan tamparan dan perasaan dingin. 

Wajar saja, jika rasa peduli, rindu dan cintaku semakin lama semakin terkikis. Bahkan momen ia mempermalukanku di depan umum pun masih kuingat hingga saat ini, semoga rasa sakit ini jadi penggugur dosaku, aamiin.

Jika aku menilai perilakunya, ia berharap banyak dariku namun ketidakmampuanku mencapainya membuatnya sakit dan kecewa, sehingga hingga kini perasaannya hanya untuk menyalahkan dan menghinaku bagaimanapun caranya. Entah dari pribadiku, karakterku atau pun dari keputusan yang aku buat.

Memang pedih rasanya dianggap begitu tak berharga oleh pasangan yang selama ini kupedulikan, kurindui, namun semoga pedih ini jadi jalan diampuninya segala dosaku. Aku sadar, pengharapan pada manusia itu sia-sia. Aku sadar hanya Allah yang layak dimintai harapan dan do'a, kasih sayang dan cinta, juga penghargaan tertinggi. Biarlah rasa sakit dan penghinaan ini jadi jalan hidayah bagiku untuk memprioritaskan Allah untuk segala-galanyam.

Bahkan jika ia memutuskan keputusan yang tidak adil sekalipun, aku akan tetap bertahan karena tujuan hidupku hanya ridho' Allah bukan penerimaan darinya terhadap diriku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unintentional Supply

Essential of Love

The Pure Love