Arti Bahagia

Dulu, saya kira pernikahan bisa membuat saya bahagia. Melalui dinamika kehidupan bersama berlandaskan iman dan cinta, mungkin akan menjadi syurga dalam rumah tangga

Namun rasanya saya merasa banyak ketidakbahagiaan, untuk hal sederhana saja. Sulit rasanya merasanya ketenangan dan kelegaan telah berjuang bersama. Saya merasa selalu berjuang sendirian. Meskipun memang keadaan kami, tapi kesendirian saya terus menerus berlangsung hingga kini.

Ternyata hanya menjadi ibu rumah tangga pun sama sekali bukan kebahagiaan bagi saya. Saya mengalami tekanan dan tuntutat dari berbagai fihak, pun dari diri saya sendiri. Hidup saya hampa tanpa tujuan.

Ya memang dikepala saya, banyak tujuan yang bisa diraih saat memiliki kedudukan dan uang. Tapi aslinya memang lebih banyak dari itu, bukan hanya keduanya itu. Hal lain pun saya miliki tapi saya tidak punya kepercayaan diri untuk membangun sesuatu, untuk bertukar dengan orang lain yang bisa menjadi lingkar luar hidup saya.

Saya merasa hampa, tertekan, menderita dan merasa terkucilkan dari kehidupan.

Teman dekat pun rasanya saya tak punya. Hanya saya sendiri yang menangalami kepiluan ini, adik2 saya tidak, mereka memiliki lingkar luar lain selain keluarga. Hanya saya yang terpenjara dan terkucil dari hiruk pikuk dunia.

Saya ingin mengadu kepada Allah, apa kesalahan atau dosa saya sebelumnya sehingga saya berada di posisi yang marginal seperti ini?

Ataukah memang karena ahlaq dan karakter saya yang buruk, tidak mau berkorban atau karena isi fikiran saya buruk, atau karena keburukan2an yang sudah terlanjur menempel dalam batin, pikiran dan alam bawah sadar saya. Astagfirullah. Semoga Allah memberikan saya jalan, untuk sepenuhnya membersihkan diri dari aura negatif yang melingkupi kehidupan, pikiran, qalbu dan cara pandang saya.

Kini saya merasa betul2 tercekik. Mendapatkan perlakuan yang sini dingin dari suami begitu menghancurkan saya. Apakah sejak awal saya salah memilih prosea untuk menikah? apakah sejak awal seharusnya saya menyelesaikan sekolah dan mendapatkan pekerjaan terlebuh dulu?

Kedua hal tersebut selalu terngiang-ngiang dalam pikiran saya. Bagaimana jika hal tersebut benar dan apa yang bisa saya lakukan dengam kegagalan saya dalam mengambil keputusan?

Masya Allah Masya Allah Masya Allah

Saya sama sekali tidak ingin menjadi hambaNya yang kufur dan lupa terhadap semua karunia Allah yang telah ia beri. Saya hanya berusaha mengeluarkan membersihkan jiwa2 kotor busuk dan masa lalu kelam dalam kehidupan saya yang terus menerus menenggelamkan saya dalam jurang prasangka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unintentional Supply

Essential of Love

Resensi buku "Membentuk Karakter Cara Islam"