Banjir Soreang

بسم الله الرحمن الرحيم

Pagi ini, pagi yang ga biasa. Mengejar jam hadir, jam 7 dengan jarak yang cukup jauh dan khawatir macet. Sejak setelah subuh bergegas siap-siap, persiapan instan tanpa pikir panjang. Lalu segera cari cara supaya bisa datang tepat waktu. Ikhtiar sampai pintu tol moh.toha , mau ga mau harus tunggu bis yang sudah 20 menit belum kunjung tiba, akhirnya jam 7 pun terlewati

Bermodal tekad, biarpun telat, tetap saja harus dilanjutkan. Sesampainya ditujuan, alhamdulillah masih sedang pengepakan barang dan bisa tetap berangkat. Perjalanan pun dimulai, tujuannya ke soreang. Baru beberapa pekan lalu berkunjung kesana, ke makam sepupu yang telah tiada, ga disangka terjadi bencana banjir disana.

Setibanya ditempat kejadian dan sempat berkeliling, lalu menemukan banyak sekali kerusakan akibat air dan reruntuhan tembok-tembok yang tak lagi sempurna. Kala itu, sempat berkunjung ke sebuah rumah yang juga sekolah, namanya madrasah tarbiyah. Seperti rumah-rumah yang lain, banyak orang menjemur baju dan kasur yang basah terkena bajir. Tapi banjir ini tidak hanya menyebabkan kerusakan akibat air saja, arus air yang deras membuat beberapa rumah roboh, banyak bagian rumah-rumah warga rusak dan lumpur sisa banjir dimana-mana.

Madrasah pun dengan keadaan yang sama, kaca-kaca pecah dan perabot rumah lembab, biarpun begitu kedatangan kami disambut dengan sangat baik. Pemilik madrasah menceritanya asal mula banjir terjadi. Bajir datang tiba-tiba dengan arus yang sangat deras kearah desa dan berulang hingga dua kali. Tinggi air mencapai satu meter dan banyak kejadian naas ketika arus air datang, hampir menimbulkan korban jika karena rumah yang roboh sempat menimpa seorang warga, tapi pada akhirnya tertolong oleh arus yang datang kemudian.

Bapa pemilik madrasah berbagi dengan kami tentang banjir pekan lalu. Ketika itu siapa sangka semua harta benda habis terseret air dan bersisa dengan kondisi yang rusak. Ketika itu, masing-masing keluarga hanya berusaha menyelamatkan anggota keluarga saja, tidak terfikir untuk menyelamatkan harta atau yang lainnya. Kondisi yang benar-benar menguji setiap keimanan, apa yang dimiliki akan Allah ambil kembali. Berkah Allah sangat terasa ketika sulitnya air bersih, nikmat makanan, tempat tinggal dan keselamatan anggota keluarga dll.

Dampak pasca bencana tentu selain harta juga efek psikologis, yang menyebabkan anak-anak disana cukup terguncang, kaget karena arus air yang datang dengan sangat cepat. Bapa pemilik mandrasah pun menjelaskan, bahwa pasca bajir terjadi perlu beberapa waktu untuk memunculkan kembali tawa dari anak-anak yang merasa terguncang akibat banjir. Begitu pula beberapa rumah yang mengalami kerusakan yang lebih parah lagi.

Ujian yang berasal dari Allah, atas kehendak Allah menyadarkan sy sebagai relawan disana bahwa apa-apa yang dimiliki akan tiada dan hanya Allah yang mampu mengembalikannya kembali atau memberi yang lebih baik dengan KuasaNya.

Biarpun silaturahmi yang dilakukan hanya sesaat, tapi menjadi pelajaran berharga untuk sadar betapa nikmat Allah begitu besar dan masih banyak orang yang perlu bantuan sekecil apapun itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unintentional Supply

Essential of Love

Nasihat Rasulullah Kepada Fatimah