Lelah Berubah Menjadi Kesenangan

Sore itu aku bersama temanku dan adikka janjian makan dulu d baso kangkung sebelum kami pulang ke bandung. Setelah selesai makan, kami langsung meneruskan perjalanan kami ke pangdam untuk naik bis damri jurusan dipati ukur-jatinangor. Bis pertama yang kami lihat terlihat cukup penuh, dan pastinya tidak akan tempat untuk kami duduk, mungkin jika kami jadi naik, kami hanya akan berdiri saja. Tapi temanku menolak untuk naik karena barang bawaannya berat dan dia tidak ingin berdiri saja, oleh karena itu kami menunggu bis damri selanjutnya.

Penantianpun tidak berlangsung lama, hanya sekitar 10-20 menit bis jurusan jatinangor-dipati ukurpun tiba. Para penumpang yang menunggu bersama kami, berdesak-desakan menaiki untuk mendapatkan tempat duduk. Rombongan yang berdesak-desakan dibelakang kami kelihatannya bukan mahasiswa asli jatinangor, tapi mahasiswa dipati ukur. Aku bisa memperkirakannya, karena biasanya mahasiswa asli jatinangor tidak terlalu banyak berbincang-bincang atau agak ribut pada jam-jam sore, jam lelah seperti ini. Stamina mereka memang rasanya lebih besar, ketimbang kami yang anak jatinangor asli.

Di perjalanan aku sering berbincang-bincang dengan temanku, kadang juga sejenak mengistirahatkan diri dengan bersandar pada kursi. Akhirnya perjalananpun terhenti pada pangkalan bis dipati ukur bandung. Semua penumpang turun secara berurutan. Setelah turun aku sempat menunggu temanku dan adiknya turun juga untuk bersama-sama menyebrang jalan dan berpisah dengan salam khas antara teman.

Sepeninggalannya temanku bersama adiknya, aku terpaksa harus menunggu angkutan umum jurusan cicaheum-ciroyom yang kelihatannya jarang sekali lewat. Jam 6 malam begini pastinya angkutan umum jurusan tersebut sering melewati aku yang menunggunya di sisi jalan, karena muatannya penuh. Telah dua angkutan umum jurusan cicaheum-ciroyom yang melewati aku. Aku khawatir akan semakin lama menunggu angkutan umum yang tidak kian muncul juga.

Masih menunggu dan menunggu, angkutan umum itu tidak kunjung melintas, terfikir olehku untuk menaiki angkutan umum jurusan lain, walaupun harus naik dua kali. Begitu pandanganku melintas pada angkot berwarna putih jurusan caringin-caheum, aku melihat sesosok wajah yang kukenal. Wajah itu sudah kuketahui sejak lama, namun baru-baru ini saja aku sering bertemu dengannya. Ternyata orang itu adalah mantan ketua bem yang aku kenal. Dia dengan sosok khasnya, berkemeja putih dan bertas pundak. Dengan masih memperhatikan wajah itu, takutnya aku keliru, dia mendekat dan menyapa aku dengan salam.

Dia bertanya darimana apakah aku akan ke jatinangor untuk pulang, atau justru ada rapat di unpad sini? Hatiku sedikit senang dan agak kaget, tapi aku berhasil menjawab, bahwa aku baru saja tiba dari jatinagor dan rumahku di bandung, aku hendak pulang ke rumah. Setelah itu kami berpisah dengan diakhiri dengan salam, tanpa aku sempat bertanya sebaliknya kepada orang itu. Aku terpaku kaget dan sekaligus senang.

Masih dalam keadaan yang kaget, akhirnya angkutan yang aku tunggu pun datang juga. Rasanya aku ingin berterima kasih kepada pak sopir yang datangnya agak telat sehingga aku sempat bercakap-cakap sejenak dengan orang itu, orang yang diam-diam aku kagumi karena kepemimpinannya.

Sampai di rumah wajahku masih berseri-seri. Aku senang sekali ada kejadian kebetulan itu. Aku tau bahwa dia adalah anggota dari sebuah organisasi yang tergolong besar, namun aku tidak pernah menyangka akan bertemu mahasiswa jatinangor yang seharusnya tidak ada di bandung, justru bertemu denganku di bandung. Entah kenapa, tapi rasanya aku senang sekali. Padahal jujur dia bukanlah orang yang aku harapkan sapaannya.Terima kasih untuk orang yang telah menyapa aku tersebut ^_^ Have a nice weekend!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unintentional Supply

Essential of Love

Nasihat Rasulullah Kepada Fatimah