Muhasabah Pasutri Tahun 2025

بسم الله الرحمن الرحيم




Alhamdulillah masih Allah kasih umur di usian 35 tahun ini di 2025. Banyak sekali hal yang patut disyukuri hingga saat ini. Di usia yang semakin matang, walaupun prestasi nyata tidak ada, namun rasanya di usia ini making matang dan bisa lebih mengendalikan emosi dan stres.

Walapun kenyataan masih banyak perilaku yang kekanakkan, emosional dan tidak bijaksana. Pertimbangan untuk konfrontasi dengan ipar misal, yang cukup memuaskan dan melegakan, tapi ada juga rasa penyesalan di akhir. Konfrontasi yang bermaksud menyelesaikan masalah, malah berujung pada kebuntuan masalah. Meskipun cenderung yakin kalau tidak konfrontasi pun masalah belum tentu akan selesai, karena mungkin masalah berasal dari diri ini sendiri. Kata suami dan mertua diri ini kurang produktif, pertumbuhan lambat dan kurang terorganisasi.

Semua berawal dari ketidakfahaman dan ketidaksadaran secara penuh makna kehidupan dan waktu, yang begitu erat kaitannya dan begitu sangat berharga hingga menyepelekannya dianggap pecundang dan mengesalkan banyak orang. Hal itu yang baru aku sadari kini dan wajib bin kudu harus aku ubah. 

Jujur saja, aku mengakui kalau perkembanganku lambat, tidak ada arah yang jelas dari setiap tindak tanduk. Semua itu karena tidak menentukan goals yang jelas. Poin penting dari 2024 yang lalu,
  • Punya tujuan itu WAJIB bagi seorang muslim
  • Punya strategi itu wajib dalam menjalin suatu hubungan dan hidup berdampingan
  • Mengenali diri sendiri, potensi diri dan batasan diri itu wajib
  • Observasi dan dokumentasikan progres pengembangan itu wajib agar tau berada di posisi mana kini
  • Membalas kezaliman orang itu harus dengan RENCANA, jangan dengan perasaan
Pasangan itu ujian dan juga anugerah. Pasanganku ternyata begitu peduli padaku, hanya saja timeline kita berbeda dan awalnya ia tidak terima dan malah menyudutkanku setiap saat yang membuatku sangat stres dan ingin berpisah saja. 

Kebuntuanku saat itu memang banyak meninggalkan luka, kekecewaan dan merasa sendirian dalam rumah tangga. Namun aku akan terus meminta bimbingan dan pertolongan Allah saat merasa buntu dan sendiri dalam menyelesaikan masalah pernikahan. Aku mulai dengan mengesampingkan perasaan dalam konflik dengan pasangan. Kemudian aku identifikasikan masalah utama, keinginannya dan keinginanku, apa yang bisa kami upayakan bersama, apa yang harus kami upayakan masing-masing.

Alhamdulillah Allah selalu membuka jalan untuk kami bisa kembali bersinergi dan menghormati timeline masing-masing. Memang keinginan mengubah pasangan menjadi lebih baik itu penting, tapi menjaga perasaan dan menghormati pendapat pasangan juga tidak kalah penting.

Hal yang paling mendasari sinergi kami bisa berjalan dengan lancar adalah komunikasi. Jangan sampai pihak luar mempengaruhi atau bahkan memediasi komunikasi kami. Harus kami sendiri yang terkoneksi satu sama lain, karena pihak luar tidak selalu bisa membantu bahkan bisa membuat masalah semakin runyam, karena pihak luar tidak tau perihal antara kami berdua secara mendalam. Pihak luar hanya mendapat informasi ujungnya saja (iceberg peak) jadi tidak bisa menilai suatu masalah secara objektif dan bijaksana.

Allah karuniakan kami kemampuan untuk mandiri, semata-mata karena Allah ridho' dengan apa yang kami inginkan dari sebuah keluarga. Keluarga seutuhnya tanpa campur tangan extended family. Jujur saja extended family memang menciptakan comfort bagi kami, tapi juga menambah variable dalam proses adaptasi dan perumusan konsep keluarga. Namun setelah kami melalui itu semua, memang ada variabel utama yang harus dipisahkan dari variabel pendukung, agar permasalahan utama bisa terpecahkan, hipotesis bisa bulat dan rampung. Setelah hal mendasar selesai, baru variabel pendukung bisa dilibatkan dan dipetakan pada posisi yang memungkinkan. Hal itu membuat kami sadar sungguh-sungguh bahwa amanah dan tanggung jawab kami ini butuh banyak pengaturan dan pengorganisasian yang matang. Bukan berlanjut ala kadarnya saja, tapi juga dengan pemetaan, pertimbangan resiko dan solusi dari setiap resiko yang mungkin akan hadir dalam rumah tangga ini.

Konsep keluarga ini begitu amat penting dalam pernikahan kami. Karena kami harus menjabarkan serta mengintegrasikan konsep menjadi value keluarga selama bertahun-tahun kedepan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

The problem is YOU!

Tentang Tarbiyah & Halaqah

Tentang Ammah