Cemburu

بسم الله الرحمن الرحيم

Betapa tersiksanya merasakan cemburu. Menyebalkan dan betul-betul merasa disingkirkan. Begitulah yang terfikirtdan terasatoleh batin ini. Entah memori masa kecil seperti apa atau afeksi seperti apa sehingga dia bisa berucap dan bersikap seperti itu. Mengutamakan orang lain dari kepentingan orang yang seharusnya lebih diprioritaskan. Entah otak, pertinbangan, atau efeknya yang dibesarkan oleh sosok asisten sehingga lebih menghargai asisten dibandingkan keluarganya sendiri. Benar-benar keterlaluan. Mulai sikap mencucikan piring yang jelas bukan tugasnya dan bisa dengan mudah memintaku melakukannya. Aku juga jelas ga akan menolak kalau itu maunya, kehendaknya. Tapi yang paling menyedihkan adalah, dia kasian melihat orang asing melakukannya. Sedangkan aku yang sama sekali bukan orang asing, tidak sampai diperhatikan seperti itu. Keinginan dan kepentinganku dipandang sebagai keegoisan pribadi yang harus segera ku buang jauh-jauh atau kukubur sedalam-dalamnya hingga tidak membebani dirinya. Keterlaluan. Dia sudah benar-benar menguji kesabaranku dengan terus menerus mengasihani asisten yang kasar ini. Hal yang paling menyakitkan selanjutnya adalah ia melarangku untuk merawat diriku sendiri, alasannya untuk keperluan makan pun kurang. Orang asing dan anaknya ini harus diprioritaskan kalau bisa dibudgetkan khusus untuk anaknya, dari uang hasil usaha baru kecil-kecilanku. Sontak aku menangis, bukan karena ikut iba dengan ide sosial yang menyebalkan, tapi karena mengasihani orang asing, memprioritaskannya dibandingkan istrinya sendiri. Dan bahkan meminta istrinya untuk membiayai kebutuhan anak orang asing yang sering menyusahkan hidupnya. Aku betul-betul stres dan ga habis pikir dengan perhatiannya yang berlebihan kepada orang asing dalam pernikahan kami. Karena jelas-jelas perhatian itu tidak aku dapatkan darinya, lalu kemudian ia berikan perhatian-perhatiannya itu kepada orang asing yang bukan bagian apa-apa dari hidup kami. Aku begitu tenggelam dan sesak dengan cemburu, aku dilanda kebencian yang sangat dan jijik kepadanya yang sungguh sangat keterlaluan. Bagaimana bisa ia memerhatikan orang asing, memikirkan kebutuhannya, kepayahannya saat aku yang melalui itu tidak pernah mendapatkan perhatian sama sekali. Hal tersebut betul-betul membuatku muak semaksimal yang bisa aku rasakan kini. Hubungam kami yang rasanya penuh debat kusir dan konfrontasi, tiba-tiba dia berikan perhatiannya itu yang seharusnya milikku kepada orang asing yang sok sok berjasa dalam kehidupan kami. Kalau boleh aku meminta kepadaMu Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku karena rasa cemburu yang melandaku saat ini betul-betul menyakitkan dan menekan pikiranku kedasar hingga aku tidak bisa berfikir jernih untuk sementara. Astagfirullahal'adzim.


dan ternyata kecemburuan itu lahir dari prasangka.....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unintentional Supply

Essential of Love

Resensi buku "Membentuk Karakter Cara Islam"