Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2013

Persiapan Pra-Nikah

بسم الله الرحمن الرحيم [Copas dari :  blognya teh litha ] 1. Pendahuluan. Allah telah menciptakan segala sesuatu secara berpasang-pasangan, tetumbuhan, pepohonan, hewan, semua Allah ciptakan dalam sunnah keseimbangan & keserasian. Begitupun dengan manusia, pada diri manusia berjenis laki-laki terdapat sifat kejantanan/ketegaran dan pada manusia yang berjenis wanita terkandung sifat kelembutan/kepengasihan. Sudah menjadi sunatullah bahwa antara kedua sifat tersebut terdapat unsur tarik menarik dan kebutuhan untuk saling melengkapi. Untuk merealisasikan terjadinya kesatuan dari dua sifat tersebut menjadi sebuah hubungan yang benar-benar manusiawi maka Islam telah datang dengan membawa ajaran pernikahan Islam menjadikan lembaga pernikahan sebagai sarana untuk memadu kasih sayang diantara dua jenis manusia. Dengan jalan pernikahan itu pula akan lahir keturunan secara terhormat. Maka adalah suatu hal yang wajar jika pernikahan dikatakan sebagai suatu peristiwa yang sangat dihar

Pernikahan Melahirkan Ketentraman

بسم الله الرحمن الرحيم Dalam sebuah kesempatan berbincang dengan seorang teteh yang telah menikah, tanpa dimulakan ia bercerita bahwa pertemuan dengan suaminya kini adalah kondisi yang sama sekali jauh dari bayangan sebelumnya. sesosok orang yang sama sekali berbeda dari apa yang ia bayangkan dan harapkan, bukan berarti penuh kekurangan atau celah, hanya saja berbeda 180 derajat. Ia ungkapkan, seolah Allah menguji keikhlasan diri dan menekan semua 'keakuan dan keangkuhan' pribadi tentang seperti apa jodoh saya. Allah menekan sifat itu semua dan menunjukkan jalan kebaikan dalam skenario yang terasa tak menyenangkan. Namun apa yang Allah berikan memang mungkin ini terbaik untuk saya, begitu ucapnya. Jadi ingat kata seorang sahabat, bahwa bukan dengan siapa jodoh kita kelak namun apa dan bagaimana jalan yang akan kita tempuh menuju jodoh tersebut. Skenario Allah begitu rahasianya hingga Rasulullah berani mengibaratkannya sebagai setengah dien. Ustadz Budi Prayitno

Ghaudzul Lisan

بسم الله الرحمن الرحيم Hari ini 28 Juli atau 20 Ramadhan 1434 H. Tak terasa hari-hari bulan Ramadhan bergulir begitu cepatnya, padahal rasanya ibadah pun belum bisa dikatakan maksimal. Pengendalian diri tuk menghindari kegiatan yang tak berguna masih sangat kurang. Ustadz kenalanku di kursus bahasa arab juga guru di kajian hadist arba'in menyebutkan bahwa pengendalian di bulan ini selain lapar dahaga, juga hawa nafsu amarah, nafsu syahwat juga lisan. Pengendalian lisan, begitu sulitnya. Rasanya ketika kesal atau agak marah, inginnya ya ungkapkan saja marah atau kesalnya kenapa, sulit rasanya untuk memilih diam. Masih harus banyak berlatih, sedikit demi sedikit. Begitupun ketika berkumpul di keluarga atau silaturahim lainnya, ada saja percakapan-percakapan yang lebih mengarah pada ghibah. Walaupun bukan diri sendiri yang memulakan, namun 'keingintahuan' itu selalu besar. Begitu mendengarnya langsung berusaha tak mengindahkan atau pergi karena belum mampu menghentika

Passion..

بسم الله الرحمن الرحيم Bicara tentang passion , terkadang bingung dan bertanya pada diri sendiri, sebenarnya passion  pribadi itu apa? Jika diucapkan passion  itu, muncul beribu kekhawatiran, khawatir tak tercapai, khawatir tak sesuai kapasitas diri, khawatir ini dan itu. Manusia, memang penuh keraguan dan keraguan itu munculnya dari syetan. Maka dalam training IMM dengan kang Rendy, didorong kuat agar 'mimpi-mimpi' kita kini dan dahulu jangan sampai dibuang atau dilupakan, tuliskan kesemuanya itu dan biarkan diri ini melangkah kedepan dengan mengharap dan berusaha agar mimpi tersebut dapat terwujudkan. Saya salut sekali pada dia, karena jujur saja selama ini banyak mimpi-mimpi besar dan bahkan yang terlihat tak mungkin, saya buang dan lupakan karena beribu khawatir saya yang muncul ketika memikirkannya. Maka sekarang ini saya coba bangun kekuatan terbesar saya untuk mendobrak 'ketakutan-ketakutan abstrak' yang muncul yang berusaha untuk menghidupkannya

Pengokohan Iman

بسم الله الرحمن الرحيم Pagi ini seorang teman mengirimkan sms ini : "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan" (QS Al Anbiya : 35) Sebut saja percikan iman pagi yang kembali menyadarkanku betapa mudahnya Allah memberikan ujian keimanan dengan sesuatu yang terlihat penuh 'kebaikan' dan 'keburukan' di permukaannya. Bagaimana tidak, tak hanya berkaca diri juga pada pengalaman serupa yang dialami teman atau sahabat bahkan saudara. Hal-hal yang dianggap baik justru jika tidak disikapi dengan keimanan maka hanya berakhir dengan tidak menyenangkan. Jika difikirkan adalah bahwa semua ini kembali lagi, merupakan skenario Allah. Ia memberikan kemudahan, yang dapat diartikan 2 hal yaitu berkah atau justru ujian dariNya. Seringkali hal-hal ini terlupakan karena terlalu merasa nyaman dengan segala berkah, kesehatan dan kemud

Kecerdasan Linguistik

بسم الله الرحمن الرحيم Setelah memberanikan diri dan mengajukan diri dalam sebuah proposal pra-nikah, banyak hal yang saya fikirkan dan rasanya harus saya persiapkan lebih dini. Beberapa hal tersebut misalnya cara membangun komunikasi dengan suami, mengenal lalu menganalisis kondisi suami agar mampu mengetahui kondisi seperti apa dan bagaimana seharusnya seorang istri dapat berdialog, dimana saatnya ketika lebih diutamakan diam, hanya menjadi pendengar sejati. Kata ustadz dalam kajian hadis yang saya ikuti baru-baru ini, lisan itu sangat sulit dikendalikan maka sedari sekarang sebelum berucap sesuatu fikirkanlah, pertimbangkanlah dengan matang, apakah yang diucapkan nanti lebih banyak manfaat atau mudharatnya. Ustadz pun menjelaskan, banyak orang baik perempuan ataupun laki-laki masuk neraka karena bahaya lisan. Maka saya ingin banyak mempelajari kecerdasan linguistik, agar saya dapat berdialog cerdas dengan suami dan putra putri saya kelak, bukan dengan tujuan 'sok pintar

Terkikisnya Makna Ukhuwah

بسم الله الرحمن الرحيم Kawan, izinkanlah sedikit berbagi tentang tema ini. Tema ukhuwah yang mengikat erat saya dalam lingkaran taqwa menuju syurga. Jujur saja hal pertama yang menimbulkan ketertarikan saya terhadap keteguhan terhadap perintah dan menjauhi larangan Allah adalah karena ukhuwah. Saya perhatikan betapa erat dan hangatnya persahabatan kakak-kakak senior saya sejak di SMP maupun SMA. Begitu hangat, ringan tanpa motif terselubung. Ukhuwah yang sering saya sebut ikatan cinta tanpa kata, erat merekat, dekat karena sama-sama berlomba-lomba mendapatkan karunia, hidayah dan berkah Allah SWT. Kami dahulu rela mengorbankan hal lain yang sebelumnya menjadi keinginan hawa nafsu kami (malas atau kehidupan hedonis) dengan kegiatan sederhana penuh canda, tawa, keramahan dan cinta. Walaupun tak banyak dan besarnya hal yang kami lakukan bersama, namun hal-hal tersebut telah terukir indah di alam bawah sadar saya dan melandasi keindahan islam adalah dengan keterikatan hati sec

1000 ???

بسم الله الرحمن الرحيم Entah apa yang salah dari sebuah kata pengerat ukhuwah Satu langkah diayunkan namun tak sejejak pun terukir dihatinya Terlihat seperti menaruh noda padanya Entah mengapa jadi berliku tanpa arah Mungkin terlihat seperti hembusan angin tak berarti Namun tak khayal residu di punggungnya melekat erat Sudahlah sebut saja sebagai sekejap kisah Tak sempat rekat bahkan mendekat Sebuah ihwal harus didahului keterbukaan Menerima dan memberi pada yang bahkan tak ingin diberi Gunanya ikhlas pada titik-titik seperti ini Ukiran panjang tak layak diharap Hanya percikan harap yang jadi tujuan Tak perlu banyak retorika ataupun penokohan Ukhuwah yang jadi dasar telah dilangkahi dengan ringannya Miris dan kecewa telah menjadi lumrah Kini entah apa yang jadi tujuan utama Secara zahir atau batin entahlah Ku takkan lagi mengindahkannya Hanya padaNyalah satu arah harapan, cita dan cinta Itu saja

Kekuatan Bangsa adalah Keharmonisan Keluarga

Salam.. Teman yang cukup beban jika harus dibahas secara panjang lebar, karena sejujurnya saya pun belum pernah benar-benar membangun sebuah keluarga hingga tercapai harmonisasi visi dan misi antara ayah, ibu serta putra putrinya. Sebut saja ini wacana pendahuluan. Biarlah kisahku nanti hadir pada saat yang telah Allah tentukan. Kini hanya ingin sedikit berbagi tentang harapan-harapanku dari sebuah keluarga yang aku idamkan kelak. Menurut seorang narasumber dari sebuah stasiun radio swasta religi, keluarga adalah singakatan dari kebahagiaan luar biasa syurga. Wah sungguh indah rasanya jika orientasi anggota keluarga telah faham dan menjalankan prinsip dasar ini. Mungkin akan muncul pengendalian diri agar sikap dan ucapan tidak menyakiti anggota keluarga, serapi dan sehalus mungkin. Inginku seperti itu. Dalam sebuah blog pernikahan, disebutkan pula bahwa sebuah keluarga menjaga keharmonisa mereka dengan komunikasi, perhatian dan penerapan sunnah Rasulullah dengan sepenuh hati.