Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2012

Monolog at Night

mereka katakan aku serba tidak tau mereka katakan aku serba tidak merasa mereka katakan aku tidak akan faham sangkaan mereka hanya aku yang terlihat di permukaannya saja.. apakah ketika aku tau harus kuungkapkan semuanya semua yang mereka anggap itu benar menurut mereka semua yang merek sangka itu baik dan penting untuk diucapkan tapi mereka salah hal-hal yang ingin aku ucapkan adalah ketika ucapan itu membaha bahagia ketika ucapan itu kebenaran yang membawa kebaikan tetapi bukan kebenaran yang benar di mata seseorang saja bukan benar menurut mereka atau pun menurut ku karena pandangan kita bias dengan kekeruhan hati yang sudah terkena debu-debu dunia apakah ketika ku merasa harus kuungkapkan ketidaksukaan atau kesenanganku atas hal tersebut mereka sangka sebuah perasaan baik itu positif atau negatif harus diungkapkan seluruhnya apakah harus ku nyatakan kepada dunia bahwa ku merasakan hal lain atau bahkan sama bukan seperti itu seharusnya ku inginkan hanyalah kedama

Fluktuasi Ruhiyah

Bismillah.. 2 minggu ini merupakan momentum penting yang membuat saya benar-benar sadar tentang suatu hal yang sebelumnya saya ragukan. Momentum yang pada mulanya membuat saya benar-benar bimbang, gundah dan perasaan lain semacamnya. Tapi kembali saya berfikir dan menenangkan diri, meluruskan kembali apa-apa yang sempat bercabang tanpa arah. Lalu akhirnya saya mendapatkan jawabannya. Ya benar, seolah mendapat tamparan hebat dari Sang Khalik, bahwa diri ini hanya hamba yang penuh kealfaan, penuh kekhilafan dan ketidaklurusan dalam bersikap, belum sepertinya, karena terkadang mampu tetap lurus dan lain waktu berbelok. Saya yakin bahwa momentum ini menjadi pelajaran yang sangat berharga untuk saya tentang pesan Allah untuk melaksanakan perintahNya (dalam Al-Qur'an) serta menjauhi larangannya. Perilaku diri inilah yang memicu timbulnya perasaan tak tentu selama 2 minggu ini. Alhamdulillah pada akhirnya, dari tausyiah dan buku yang saya baca, saya kembali diingatkan kembali, re

Kekuatan Regulasi

Bismillah.. Terkadang batas baik buruknya sesuatu menjadi bias karena perilaku manusia sendiri. Kebenaran yang mutlak dialih artikan menjadi sebuah perilaku penyimpangan yang tidak jelas asal usul pelabelannya. Perbedaan atau sekat kebenaran menjadi pilihan yang bergantung pada situasi serta kondisi lingkungannya. Ketika dituntut untuk berlaku benar dengan cara yang benar maka dilakukkanlah, ketika kondisi memberatkan posisinya berlaku sebaliknya maka dengan mengayun ringan beralihkan pilihannya walaupun seandainya pilihan kedua benar-benar menyimpang. Kondisi ini menjadi dilema, baik dalam perencanaan pengembangan teknologi, energi ataupun ketersediaan. Kesemuanya menjadi blur lalu semakin menghilang dalam kabut yang entah datangnya darimana. Sehingga akan menjadi tantangan besar dengan jarak yang kecil, untuk mampu meloloskan berbagai ide, pemikiran dan pionir2 mutakhir dalam memajukan potensi lokal. Tercermin dari kebijakan-kebijakan yang digulirkan, den

Bahan Penstabil

Bismillah.. Ketika merasa lemah, terhempas atau tersisih maka perlu zat pemberat/bahan pengisi yang mampu menstabilkan daya hempasan dengan daya ikat agar selalu melekat dalam lingkup sestabilan yang harmonis, indah dan tertata Seperti teori enkapsulasi yang menyatakan, Enkapsulasi yaitu proses penyelubungan molekul yang akan dilindungi sehingga tidak rusak oleh pengaruh dari luar baik oleh asam dan suhu, bahan pelindung juga bersifat memberikan tekstur serta mempengaruhi kestabilan emulsi atau dispersi. Bahan yang biasanya digunakan untuk proses enkapsulasi ini adalah dekstrin atau turunannya karena memiliki nilai DE yang tinggi sehingga memperbaiki tekstur bahan Jadi, butiran debu yang akan terhempas, terlebih dulu harus di ikat erat menggunakan bahan pengikat yang juga berfungsi sebagai penstabil. Bahan penstabil rasa keterpurukan, kejanggalan atau keterhempasan adalah muhasabah. Hati ini sesungguhnya hanya milik Allah, buka milik kita, orang lain atau or

Kelinci Biasa

Bismillah.. Suatu hari ada seekor kelinci dengan penampilan yang sangat biasa. Telinganya tidak panjang seperti kawan-kawannya, warna bulunya tidak putih mengkilat, larinya pun dalam kecepatan standar saja. Dia benar-benar kelinci biasa, tanpa kelebihan seperti yang dimiliki kelinci sejenisnya. Kemudian kelinci ingin melakukan suatu perjalanan yang sangat panjang, cukup untuk menumbuhkan satu pohon cabai. Perjalanan ini dilewati kelinci kecil dengan riang, setiap kali bertemu hewan buas yang mampu mengancam kehidupannya, denga tenang dia berjalan dengan yakinnya, berusaha untuk meyakinkan hewan yang ingin memakannya untuk tetap diam, karena dia belum mencapai tujuannya. Jalan yang kelinci ini lalui sudah cukup jauh, hampir satu per tiga jarak keseluruhan, tapi walaupun begitu si kelinci tetap riang, yakin dan bersemangat dalam menyelesaikan perjalananya itu. Sejak awal dia yakin bahwa dia mampu menyelesaikan perjalanannya itu, maka kelinci itu selalu melalui perjala

Self-Center

Sifat ke’aku-an’ pada diri sendiri. Denger sekilas maka akan terlihat seperti egois, manja atau sombong. Fokus ada pada diri sendiri, sebenenarnya hal ini bisa jadi bumerang atau kartu as bagi pengembangan diri. Self-center yang berlangsung secara positif akan menguatkan karakter diri agar memiliki kekuatan untuk niat, tekad dan prinsip hidup. Sedangkan self-center yang kurang baik justru menjadikan diri adalah paling baik, paling benar atau tiada celah, sehingga kesalahan pada lingkungan (orang lain) di luar diri menjadi hambatan tanpa sebab bagi si ‘aku’. Juga berpengaruh terhadap kepekaan sosial, kepedulian, bahkan segala hal yang berhubungan dengan kehidupan sosial (Analisis pribadi,2012) Lain halnya ketika self-center digunakan sebagai pengendali perilaku. Mengendalikan apa-apa yang tidak boleh diperbuat (larangan Allah) dan melaksanakan dengan suka rela/ ikhlas apa-apa yang Ia perintahkan. Intinya self-center yang paling penting pada aspek spiritual. Karena sepe